Tanggung Jawab Besar Seorang Bapak

oleh -2027 Dilihat
oleh

PALIYAN, kabarhandayani–Menuntun sepeda ontel di bawah terik matahari sudah menjadi kebiasaan setiap hari;  berangkat dari Kepek, Saptosari, menyusuri puluhan kilo meter jalan beraspal menuju berbagai tempat, Paliyan, Playen, Wonosari, dan lainya.
Adalah Tumiyo, Bapak dari dua anak ini menggantungkan hidupnya pada sampah. Tukang gresek, begitu banyak orang menyebutnya. Mata pencaharian yang sering disebut sebagai pekerjaan untuk golongan bawah ini, dijalani lantaran Ia tak memiliki satu keahlian pun untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Di samping itu, dia dianggap oleh banyak orang memiliki gangguan kepribadian.
Saat melintas di ruas jalan Paliyan-Saptosari, seperti biasa, dituntunnya sepeda yang dilengkapi karung di kanan kiri boncengan. Ia berjalan pelan sambil sesekali menegok kanan kiri siapa tahu ada sesuatu yang bisa dipungut untuk dijual ke pengepul di wilayah Saptosari.
“Cari gresek, untuk dijual,” Ia menjawab tanpa menghentikan langkah, Rabu, 10/9/2014. Meski dicap sebagai orang yang kurang normal, dengan pakaian lusuh, rambut dan badan seperti tak pernah dirawat, namun rasa tanggung jawab terhadap keluarganya begitu besar.
Dialah Bapak yang dibanggakan anak-anaknya. Suami yang menjadi sandaran Istrinya. Pemimpin yang terus berupaya bertahan hidup serta memperbaiki kehidupan bersama keluarganya. Meski hasil sedikit, mampu Ia tunjukkan rasa tanggung jawab atas rumah tangga yang telah dibinanya.
“kalau kebutuhan tidak mendesak, dijual seminggu sekali. Kalau sedang butuh, ya langsung dijual,” jelasnya . Ia menambahkan, dalam seminggu hasil yang diperoleh sekitar Rp 125 ribu. Selain untuk kebutuhan makan harian, Ia pergunakan juga untuk membayar hutang.
“Memang agak kurang normal, setiap hari, ya jadi pemulung,” ujar Aris salah satu warga Desa Kepek. Aris menambahkan, dari dua anak yang dimiliki, salah satunya tidak sekolah, kesehariannya juga seperti Bapaknya.
Anak belasan tahun itu ke mana-mana tidak menenteng mainan layaknya anak seumuran dia. Bukan pula tas berisi buku dan pensil untuk sekolah, melainkan karung yang Ia sampirkan di pundaknya; membantu Si Bapak mencari rezeki sebagai pemulung. (Kandar/Tty)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar