PLAYEN,(KH) — Raja Keraton Yogyakarta Hadiningrat Sri Sultan HB X menyatakan banyak kalangan yang salah mengartikan sabda raja yang kini menjadi polemik di lingkungan Kraton Yogyakarta. Sultan juga mengklaim banyak media masa yang salah memberitakan tentang lima poin dalam sabda rada tersebut.
“Lima poin yang dimuat oleh banyak media itu semua salah,” ungkap Sultan, usai menghadiri penanaman tanaman nyamplung, di Petak 74, RPH Gubuk Rubuh, Kecamatan Playen, Kamis (7/5/2015).
Dalam kesempatan tersebut, Ngarso Dalem juga menyayangkan sikap adik-adiknya yang banyak berkomentar di media masa terkait dengan sabda raja yang dibacakan Sultan, 30 Mei lalu. Kekecewaan Sultan juga muncul saat adik-adiknya tidak datang saat diundang dalam pembacaan sabda raja akhir bulan lalu.
“Mereka (adik-adik) sudah saya undang, tetapi mereka tidak datang, bagaimana mereka tahu tentang sabda raja yang saya keluarkan,” terang Sultan yang datang memakai baju berwarna putih ini.
Sebelum sabda raja tersebut dikeluarkan, Sultan sudah memprediksi sabda raja yang dia bacakan akan menjadikan polemik. Banyaknya spekulasi yang muncul membuatnya kecewa karena lima poin sabda raja yang diberitakan, tidak sesuai dengan apa yang dia bacakan.
“Falsafat Jawa mengajarkan kita berfikir menggunakan hati (menggalih) (Sultan memegang dada), dan adik-adik saya ini masih berfikir menggunakan ini (Sultan menunjuk kepala). Seharusnya mereka (adik-adik) menggalih, sehingga tidak keliru dan menyebabkan polemik meluas,” ucapnya.
Menurut Sultan, pro dan kontra yang terjadi di masyarakat terkait dikeluannya sabda raja dianggapnya hal biasa. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini juga siap menjelaskan kepada masyarakat dan media massa melalui jumpa pers mengenai sabda raja yang dikeluarkan.
“Tunggu saja, kita akan menjelaskan kepada masyarakat dan media. Bagi saya, saat ini berbeda bukan masalah, mulai besuk akan ada masyarakat yang meminta klarifikasi akan kita jelaskan, kita siap buka-bukaan,” tegas Sultan.
Disinggung tentang beredarnya kabar Sultan yang mempunyai guru spiritual “Dukun”, dengan tegas Sultan membantahnya. “Dukun apa, aku ki ora ndue dukun (Saya tidak punya dukun),” kata Sultan menanggapi hal itu sembari ketawa lepas.
Sementara, Politisi Partai Golongan Karya yang juga anggota DPRD DIY, Slamet SPd mengatakan, polemik yang terjadi mengenai sabda raja merupakan masalah yang terjadi di internal keraton. Pihaknya berharap, Sultan segera menjelaskan kepada masyarakat tentang sabda raja yang dikeluarkan.
“Ya kita tunggu saja penjelasan Sultan, sebagai masyarakat Yogyakarta tentunya kita berharap yang terbaik,” ucap Slamet. (Juju).