GUNUNGKIDUL, (KH),– Kalurahan Karangrejek, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul merupakan penghasil tinggi hortikultura khususnya bawang merah. Sebagian besar petani di kalurahan ini menerapkan sistem tanam Tumpang Gilir.
Salah satu petani, Pardiyono mengungkapkan, sistem Tumpang Gilir yakni menanam 3 jenis tanaman dalam satu lahan. Selain ada bawang merah, pada lahan yang sama juga ditanami cabai dan kacang tanah.
“Sistem ini kearifan lokal nenek moyang guna mengoptimalkan lahan pertanian. Saat menanam komoditas utama bawang merah, selang sebulan ditanami cabai. Kemudian sebulan lagi ditanami kacang tanah” terang Pardiyono, Rabu (8/4/2022) saat ditemui di lahan pertanian miliknya.
Lebih jauh disampaikan, komoditas utama bawang merah ditanam dengan jarak tanam seperti pada penanaman monokultur. Untuk cabai ditanam agak jarang. Sementara kacang tanah hanya di tanam pada pinggir bedengan saja.
Ketua kelompok tani Guyub ini mengungkapkan, perawatan diantaranya pemupukan dan pengairan hanya berfokus pada tanaman bawang merah saja. Sementara tanaman lain yakni cabai dan kacang tanah secara otomatis mendapat nutrisi dari lahan yang sama. Pemupukan secara khusus terhadap tanaman cabai hanya dilakukan jika memang dianggap perlu.
Dengan model penanaman itu petani bisa memperoleh tambahan keuntungan selain dari panenan bawang merah. Sebab secara bergantian, petani bisa panen bawang merah, cabai dan kacang tanah. Estimasi waktunya, setelah 60-70 hari bawang merah panen, selang 1,5 bulan pasca panen bawang merah petani bisa panen cabai. Lantas sebulan setelah panen cabai petani bisa panen kacang tanah yang di pinggiran.
“Komoditas utama bawang merah dan cabai. Menjadi lebih untung saat harga bawang merah naik seperti saat ini. Keuntungan kami bisa berlipat,” tutur Pardiyono.
Pardiyono menjelaskan, jika harga sayuran stabil baik, maka keuntungan penjualan antara bawang merah dan cabai mendekati sama. Sebagai contoh, jika bawang merah dalam satu lahan menghasilkan uang Rp10 juta, hasil cabai pun demikian. Dengan catatan, harga cabai dalam kondisi baik.
“Saya punya lahan 2000 meter persegi. Modal dan perawatan habis Rp8 juta, lalu saat panen semua laku seharga Rp27 juta. Itupun lahan yang hampir separuh rusak, tapi masih dapat segitu,” kata dia bersyukur.
Katua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Karangrejek, Samiran menyebutkan, di Karangrejek setidaknya ada lahan seluas 45 hektar yang rutin ditanami bawang merah. Lahan tersebut terbagi dikelola oleh 8 kelompok tani.
“Karangrejak merupakan kampung Hortikultura Bawang Merah. Penanamnya ada Kelompok Tani Guyub, Handayani 1, dan Handayani 2, Tirto Sari, Tirto Mulyo, Tani Maju, Ngudi Sari, serta Sumber Mulyo,” rinci Samiran. (Kandar)