Menurut Narto, petani dari Padukuhan Kamal, Desa Wunung, pada dua minggu lalu harga gaplek masih berada di kisaran Rp 2000. Namun setelah banyak petani yang mulai panen harga gaplek anjlok hingga hampir 100%.
“Belum begitu kering juga yang kemarin itu, harganya masih mencapai Rp 2000. Tapi sekarang dengan kualitas yang sama turun drastis begini harganya,” ujar Narto, Sabtu (20/8/2016).
Sunarto tak begitu kaget dengan keadaan ini karena hal yang sama juga ia rasakan pada tahun-tahun sebelumnya. Entah itu hanya permainan pedagang lokal atau memang pasokan sedang tinggi, tapi keadaan seperti ini menurut Narto memang selalu terjadi.
Rasa kecewa memang dirasakan Narto namun ia sendiri tak bisa berbuat banyak untuk mengendalikan berbagai harga komoditi pertanian yang terlalu sering tidak berpihak padanya.
“Tak hanya gaplek saja, saat panen kacang tanah kemarin juga seperti ini. Jadi ya kecewa, tapi sudah nggak kaget lagi karena terbiasa,” lanjut Narto.
Rata-rata hasil panen ketela Narto pada tahun ini tergolong cukup bagus. Dalam satu pohon, bobot ketela basah yang baru saja diambil dari tanah bisa mencapai lebih dari 10 Kg.
Meski harga gaplek turun hampir 100% ia tetap mencoba bersyukur atas kuantitas panen yang diraupnya. Setelah gaplek miliknya terjual semua, ia mengaku akan segera mempersiapkan lahan karena sesuai perkiraannya musim hujan akan segera datang. (S. Yanto)