WONOSARI,(KH)— Masa remaja adalah suatu fase transisi dari masa akhir anak anak menuju masa awal dewasa. Umumnya ada dalam rentang usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual, seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.
Pada perkembangan tersebut, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol, ditandai dengan: pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis, juga semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. Rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis.
Pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali.
“Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan remaja terjerumus ke dalam seks bebas, seperti pergaulan mereka di luar dengan teman, nilai moral yang kurang, pengaruh media sosial dan kurangnya pemahaman tentang ilmu agama,” kata Psikiater Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari, Ida Rochmawati, Kamis (06/11/2014).
Kepada KH, Ida menjelaskan, untuk kasus seks bebas yang melibatkan anak di bawah umur, peran orang tua sangatlah penting dalam kasus ini, sebab dari dalam keluarga diharapkan mampu untuk membangun kepribadian anak agar lebih mengerti akan bahaya dan kerugian akibat seks bebas, serta mendorong anak agar tidak terjerumus kedalam seks bebas. “Pendekatan pada anak sejak dini oleh orang tua sangat membantu bagi anak untuk mengerti tentang hal-hal yang perlu di hindari, dan mampu mengerti apa masalah yang sedang di hadapi anak,” ungkapnya.
Dokter Ida menambahkan, memasuki milenium baru ini, sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja. Ekstra hati-hati terhadap gejala-gejala sosial terutama yang berkaitan dengan masalah seksual yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang terjadi, sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah. Suatu hal yang tabu untuk dibicarakan secara terbuka. Nampaknya anggapan tersebut secara perlahan-lahan harus diubah.
Ia menambahkan, dari beberapa contoh remaja yang putus sekolah karena pornografi, diharapkan mampu menjadi perhatian bagi orang tua untuk tetap menjaga anak-anaknya agar tidak terjerumus pada hal yang sangat merugikan tersebut. “Untuk pembelajaran seks, sejak dini memang diperlukan untuk anak-anak, namun perlu diingat agar tidak berlebihan dalam memberikan pelajaran seksual kepada anak, karena akan mempengaruhi penilaian anak,” jelasnya.
Terakhir, Ida menjelaskan, seks bebas juga dapat dicegah dengan menguasai tilikan diri. Remaja harus lebih memikirkan akibat sebelum berbuat, dan meningkatkan keimanan pada Tuhan. “Pendekatan kepada Tuhan bisa juga diterapkan di dalam keluarga supaya mampu menuntun anak untuk enggan bertindak sesuatu yang melanggar norma di dalam agama,” pungkasnya.(Atmaja/Tty)