SAPTOSARI, (KH),– Bulan Ruwah atau bulan Sya’ban merupakan bagian dari bulan yang sangat identik dengan nilai-nilai religi. Bahkan khususnya di kalangan Nahdliyin, bulan ini merupakan momentum yang dipergunakan untuk menggelar amaliah tahlil selama satu bulan penuh.
Seperti yang dilaksanakan umat Muslim di Padukuhan Cekel, Kalurahan Jetis, Kapanewon Saptosari, Gunungkidul. Warga Nahdliyin di wilayah tersebut tradisi Ruwahan sudah menajdi tradisi.
“Di wilayah kami memiliki kebiasaan yang menjadi ikon religi berupa kegiatan Birrul Walidain yang tahun ini merupakan tahun ke 16,” kata panitia, Sidig Triyono belum lama ini.
Dijelaskan, kegiatan Birrul walidain XVI Tahun 2021 diantaranya diisi pembacaan doa bagi Arwah leluhur yang diikuti sebanyak 721 pengirim doa. Adapun daftar Arwah yang dibacakan sebanyak 5.161 Arwah,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, tema Birrul walidain ke XVI yakni “Merawat Tradisi, Melestarikan Ajaran An Nahdliyah Sebagai Ikhtiar Menjaga Bangsa Dan Agama”.
Birrul walidain XVI tersebut berpusat di masjid Salafiyah Padukuhan Cekel. Rangkaian acara dimulai sejak tanggal 5 April 2021 dengan mengadakan kerja bhakti pembersihan makam dan dilanjutkan ziarah kubur yang diikuti hampir semua warga masyarakat di padukuhan Cekel.
Kemudian pada tanggal 7 April 2021 dilanjutkan dengan kegiatan semaan Bil Ghoib 30 Juz bertempat di masjid Salafiyah. Semaan bil ghoib diikuti 2 hafidz dan 3 hafidzah.
Sebagai penutup rangkaian acara Ruwah Akbar di padukuhan Cekel di gelar pengajian dengan pembicara KH. Achmad Zabidi Pengasuh Ponpes Ar Romli Bantul.
Acara puncak Birrul Walidain dihadiri oleh Ketua MWC NU Kapanewon Saptosari, Lurah Jetis serta Timbul Suryanto, SE (Anggota DPRD Gunungkidul Dapil V).
Dalam mauidhohnya, KH. Achmad Zabidi mengajak kepada seluruh jamaah agar memperbanyak membaca sholawat. Sebab, menurutnya sholawat dapat menjadi penangkal Covid19 dan juga menjadi wasilah dalam menggapai keberkahan dan keselamatan dunia akhirat.
“Dalam penyelenggaraan Birrul Walidain ke 16, panitia tetap memperhatikan Protokol Kesehatan mengingat pandemi belum berakhir. Peserta semaan, pengajian wajib menggunakan masker, selain itu panitia juga menyiapkan masker untuk di bagikan kepada jamaah yang tidak memakai masker,” tukas Sidig. (red)