WONOSARI, (KH)— Penjualan emas di sejumlah toko emas di Gunungkidul melonjak sekitar 20-50 persen. Yanto, salah satu karyawan toko emas Bintang Sembilan mengatakan, lonjakan penjualan terjadi sehabis berlangsungnya masa panen.
“Lonjakan mulai terlihat beberapa bulan yang lalu, sudah menjadi kebiasaan masyarakat, khususnya petani yang membeli emas sehabis musim panen,” katanya, Kamis, (30/04/2015).
Ia menambahkan, jenis emas yang umum diminati pembeli adalah jenis emas kuning dalam bentuk cincin dan kalung. Kini, kenaikan harga emas dalam kisaran Rp 5.000 per gram. Kenaikan tersebut terjadi pada semua jenis emas.
Untuk kadar emas yang paling laris adalah kadar 42 persen alias emas 10 karat yang saat ini harganya Rp 265 ribu per gram untuk jenis emas kuning. Jenis emas kuning kadar 70 persen atau 22 karat dengan harga Rp 385 ribu per gram juga banyak diminati pembeli.
“Saat tahun ajaran baru justru kenaikan lebih cenderung pada penjualan emas. Masyarakat menjual emas kembali untuk keperluan biaya sekolah anak,” jelasnya.
Winarti warga Desa Ngeposari Semanu memaparkan, cara menabung petani tidak pada tabungan bank ataupun sejenisnya. Menurutnya, petani lebih nyaman jika menabung sebagaian hasil dari panen untuk dibelikan emas.
“Menabung di bank memang aman, tetapi petani tidak bisa rutin menabung seperti pegawai. Petani hanya mendapatkan penghasilan dari hasil panen. Berbeda ketika menabung di bank, karena menabung dalam bentuk emas selain untuk tabungan emas juga bisa dipakai,” katanya.
Ia menambahkan, hasil dari panen yang didapat selalu disisihkan untuk membeli emas. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tabungan untuk keperluan anaknya yang masih sekolah.
“Saat dijual kembali, potongannya tidak banyak meski dijual beberapa tahun yang akan datang,” tandas ibu dua orang anak tersebut. (Atmaja).