Di tanya soal kendala yang di hadapi selama ini, Agus menyampaikan bahwa kendala utama relawan di Gunungkidul adalah soal koordinasi antar stake holder dan komunitas relawan. Di Gunungkidul sendiri banyak sekali komunitas atau badan resmi yang berkompeten di bidang kebencanaan. Bisa disebut selain SAVE RESCUE, ada TAGANA, BPBD Gunungkidul, SAR, FAST RESCUE, dan komunitas relawan-relawan sosial yang lain.
“Kita sering kesulitan koordinasi untuk pengkondisian atau tanggap darurat sebuah kejadian atau bencana,” ujarnya.
Menurut Agus, kekakuan koordinasi yang selama ini menjadi kendala dapat sedikit banyak mencair saat Gunungkidul menghadapi Pandemi Covid 19. Sebelum Gugus tugas penanggulangan Covid Gunungkidul di bentuk, kami sudah bergerak, karena masyarakat sudah banyak melaporkan kejadian infeksi Corona. Karena hampir semua komponen organisasi relawan kebingungan, termasuk pemerintah sendiri. Akhirnya relawan-relawan dari berbagai unsur/ badan kebencanaan banyak berkumpul di Posko.
“Di situlah kami bahu membahu, dan mulai saat itu komunikasi dan kordinasi kami mulai mencair,” cerita Agus panjang lebar.
“Tidak memandang dari komunitas atau organisasi mana, kami kerja bareng menghadapi Pandemi ini, mulai dari penyemprotan Disinfektan sampai menerjunkan personel untuk pemakaman korban Covid 19, ini salah satu hikmah positif dari Pandemi Covid 19,” ujar Agus tertawa.
Kerja-kerja relawan merupakan sebuah pekerjaan yang dapat dikatakan berat, penuh perjuangan, dan tidak ada imbalan uang. Mereka sering bertaruh nyawa untuk menolong orang lain. Komitmen dan keiklhasan menjadi poin penting pada kerja kerelawanan ini.
Dari cerita Agus dan teman teman relawan SAVE RESCUE di posko siang itu, KH dapat merasakan sebuah arti kata yang dijadikan judul di atas, bahwa tindakan menolong orang lain dengan ikhlas, adalah sebuah kebahagiaan. Suatu kepuasan batin tersendiri. Obrolan siang itu akhirnya terhenti saat ada request masuk di group SAVE RESCUE. Permintaan datang dari warga Kapanewon Nglipar karena ada sebuah pohon di pinggir jalan yang miring, terkena kabel listrik. Jika hujan dan angin terjadi lagi di wilayah Nglipar, pohon tersebut berisiko roboh dan membahayakan pengguna jalan. Dengan sigap beberapa anggota SAVE RESCUE dan TAGANA, merespon dengan melengkapi peralatan dan tidak sampai 10 menit mobil sudah siap meluncur. [Edi Padmo]