Sapi Warga Patuk Mati Segera Dikubur

oleh -2104 Dilihat
oleh
Tugiyem pemilik sapi yang meninggal secara mendadak. (KH/ Nurul)

PATUK, (KH),– Kejaidan sapi mati di Dusun Salaran, Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Minggu, (19/1) malam sekitar pukul 23.00 WIB menjadi perhatian serius. Sebab, belakangan di beberapa wilayah di Gunungkidul terkonfirmasi positif antraks.

Sapi berumur sekitar 6 bulan tersebut diketahui milik Tugiyem. Kasi Kesehatan Hewan Dan Verteriner, Dinas Pertanian Dan Pangan (DPP) Gunungkidul, drh Retno Widyastuti mengugkapkan, setelah ada laporan masuk kejadian sapi mati petugas langsung diterjunkan untuk melakukan penanganan.

“Sapi segera dikuburkan, penanganan tetap sama seperti kematian ternak-ternak sebelumnya yang gejalanya dicurigai terkena antraks,” ujarnya ketika dihubungi, Senin, (20/1/2020).

Menurut pemilik, kematian sapi tergolong mendadak. Tugiyem mengaku, sore hari ketika sapi diberi pakan rumput hijauan kondisinya masih sehat. Hingga petang hari sapi dalam kondisi baik-baik saja. Namun, Tugiyem dan suaminya, Suhar pada malam hari mengetahui bahwa sapi menunjukkan gejala yang aneh.

“Nafas sapi tersengal-sengal. Kemudian lemas. Tidak berselang lama sapi mati,” terang Tugiyem.

Sebelum dikubur, sampel darah sapi diambil oleh petugas kesehatan hewan untuk mengetahui penyebab sapi mati. Adapun hasilnya baru dapat diketahui kurang lebih  satu minggu kemudian.

Lurah Desa Ngoro-oro, Sukasto turut memantau peristiwa tesebut. Pihaknya meminta warga di wilayahnya jika ada kejadian serupa untuk menyampaikan laporan dengan segera.

Terpisah, drh. Retno Merlangen menerangkan, penyebab penyakit antraks yakni bakteri Bacillus Antrachis. Proses penularannya melalui udara atau tanah yang tercemar oleh bakteri tersebut. Yang mengkhawatirkan, bakteri tersebut dapat bertahan selama 60 tahun lamanya.

“Gejala ternak yang terserang terjadi inkoordinasi saraf dan keluar darah dari lubang-lubang alami (hidung, anus, kelamin, telinga dan mata),” jelas dokter hewan lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada ini.

Ia menambahkan, gGuna mencegah penularan ke ternak lain dan manusia, kandang harus disterilkan melalui beberapa metode, diantaranya kaporisasi atau desinfeksi. (Nurul)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar