Santri Ponpes Darul Qur’an Wal Irsyad Raih Juara Kaligrafi Pada Ajang MTQ Nasional

oleh -1525 Dilihat
oleh
Jauhara Sa’adati peraih Juara Nasional Kaligrafi cabang kontemporer pada MTQ 2018. foto: istimewa.
Jauhara Sa’adati peraih Juara Nasional Kaligrafi cabang kontemporer pada MTQ 2018. foto: istimewa.

WONOSARI, (KH),– Jauhara Sa’adati, merupakan santri Pondok Pesantren Darul Quran Wal Irsyad Wonosari, Gunungkidul. Santri kelahiran Gunungkidul tanggal 21 Mei 1992 ini adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Suyapri dan Sarinem.

Remaja yang tinggal di Padukuhan Jaran Mati II Rt. 02/06, Desa Karangmojo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul ini baru saja meraih juara pertama Kaligrafi cabang kontemporer pada ajang Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) ke-27 tingkat Nasional tahun 2018 di Medan, Sumatera Utara.

“Alhamduillah saya pernah mendapat juara 3 saat mewakili kafilah Gunungkidul pada MTQ tingkat propinsi tahun 2016. Mulai dari titik itulah saya lebih semangat lagi untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi, yaitu masuk ke MTQ Nasional,” ungkapnya, Jum’at, (26/10/2018).

Menurutnya, pencapaian tersebut merupakan perjalanan panjang keikutsertaannya dalam berbagai ajang MTQ. Tercatat sejak tahun 2011, Jauhara sudah mulai mengikuti lomba kaligrafi. Pertama kali yang diikuti, Jauhara bersaing pada lomba Kaligrafi cabang naskah tingkat Kabupaten Sleman dan berhasil meraih juara 2. Kemudian pada tahun 2012, Jauhara kembali mengikuti ajang MTQ pada cabang dekorasi di tingkat kabupaten Bantul . Dirinya berhasil mendapat juara 3.

Tidak berhenti sampai di situ, tahun 2015 ia kembali mengikuti MTQ tingkat kabupaten Gunungkidul pada cabang hiasan mushaf, lantas berhasil meraih juara 1. Lalu tahun 2018, Jauhara kembali mengikuti MTQ tingkat provinsi pada cabang yang baru yaitu cabang kaligrafi kontemporer. Di cabang inilah keberuntungannya datang sehingga memberi kesempatan untuk mengikuti MTQ tingkat nasional.

“Pada MTQ tingkat provinsi tahun 2018 saya mendapat juara 2. Dalam hati  saya agak merasa kecewa karena hanya mendapat juara 2. Namun tanpa dugaan ada seleksi tahap kedua bagi peraih juara 1 dan 2 untuk menentukan siapa yang layak masuk ke tingkat nasional. Setelah seleksi, Alhamdulillah saya lolos dan masuk ke tingkat nasional” papar Jauhara bangga.

Di tingkat nasional, Jauhara berkeinginan meraih juara 1. Sebagai bentuk harapan dan doa, pada foto profil WA-nya, Jauhara percaya diri menulis “Juara 1 Nasional”. Dirinya sadar persaingan perlombaan di tingkat nasional sangatlah sengit dan berat. Atas kerja kerasnya ia ditetapkan masuk final 3 besar.

Jauhara bisa melewati final dengan cukup baik namun hanya berhasil meraih 2. Sedikit kekecewaan yang sempat muncul mendadak hilang, sebab ia kemudian ditetapkan menjadi juara 1. Penetapan tersebut dikeluarkan menyusul adanya rapat para dewan hakim dan pembimbing atas kesalahan yang dibuat peraih juara 1 yang sebelumnya telah ditetapkan.

“Hasil karya juara 1 terdapat kesalahan, yaitu kekurangan alif dalam kata “Idza”,” sambung Jauhara.

Jauhara menyadari, keberhasilan meraih juara pertama Nasional ini tidak terjadi begitu saja. Banyak faktor yang sangat mempengaruhi sehingga dirinya meraih itu semua. Menurutnya, disiplin merupakan salah satu kunci suksesnya. Baik disiplin beribadah, disiplin latihan, dan disiplin dalam banyak hal lain. “Doa orang tua, doa pengasuh, doa teman-teman, pelatih serta pembimbing menjadi bagian kunci sukses kemenangan saya. Tanpa mereka saya bukanlah apa-apa, saya bukanlah sang juara,” tukasnya. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar