GUNUNGKIDUL, (KH),– Pria Bernama Sandyo lahir 04 February 1979. Sandoyo kecil hingga remaja tinggl di sebuah dusun di Kapanewon Nglipar, Kabupaten Gunungkidul. Selayaknya anak-anak seusia di kampungnya, ia punya rutinitas yang sama. Bermain di lingkungan dusun, di pinggir lading, lapangan bola dan lain-lain. Bedanya, Sandyo punya kesempatan mengenal dan memainkan gamelan saat berkunjung ke rumah Sumardi, kakak ayahnya yang menggeluti dunia seni. Sumardi Sering terlibat dalam pentas karawitan dan pertunjukan wayang sebagai niyaga.
Tak hanya Paman, ayah Sandyopun, Karso Taruno (alm) terkadang juga ikut terlibat sebagai niyaga. Kebiasaan mengenal dan kerap berinteraksi itu lantas membuatnya berminat belajar musik gamelan. Mulanya ia melihat orang memainkan gamelan, lantas sekali dua kali memberanikan diri ikut memukul hingga mengiringi gending.
Putra pasangan Karso Taruno (alm) dan Saniyem ini selanjutnya secara intens belajar gamelan saat berada di kelas 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kebetulan di SMPN 2 Nglipar tersedia seperangkat gamelan. Sesuai jadwal tertentu guru musik mengajar musik karawitan kepada siswa-siswa. Sandyopun sukup senang mendapat banyak kesempatan bermain gamelan. Dia makin terantang dan menyukai Gamelan setelah melihat pamannya, Purwanto menjadi seniman bertalenta. Sering bepergian jauh ke luar kota dalam rangka pentas musik.
Pria supel ini makin mantap untuk belajar sehingga memiliki kompetensi lebih jauh perihal musik gamelan. Anak ke- 2 dari 3 bersaudara ini kemudian melanjutkan ke pendidikan formal seni karawitan selama 3 tahun di SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia) Yogyakarta. Merasa belum puas, dia juga menimba ilmu karawitan non formal di PLK (Pusat Latihan Karawitan) pimpinan Otok Bima Sidharta Yogyakarta.
“Belajar di SMKI saya makin punya banyak relasi dan kenalan dengan orang-orang dengan latar belakang sebagai seniman musik. Dari situ kemamapuan saya makin terasah,” tuturnya saat ditemui di Kapanewon Playen belum lama ini.
Saudara kandung dari Sutini dan Sunarti ini lantas sering tampil pada pementasan musik karawitan etnik. Tampil dan belajar bersama pemusik kenamaan, seperti G. Jadug Feryanto, Drs. Purwanto, dan Pardiman Djoyonegoro.
Tidak hanya gending-gending karawitan yang di pelajari di PLK, akan tetapi ia juga mempelajari dan mengaransemen seni karawitan, belajar komposisi karawitan dan iringan tari. Untuk mempelajari karawitan lebih lanjut, Sandyo melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Memilih jurusan Karawitan mengambil minat utama Komposisi karawitan.
Setelah masuk ke ISI Yogyakarta, talenta Sandyo makin menonjol. Bukan hanya saat memainkan musik, utamanya instrument Gambang. Lelaki yang kelak menikahi Widyaningsih S. Sn ini juga mahir sebagai komposer. Karena itu, mulai 1998-2004 dia bergabung dengan Padepokan Seni Bagong Kusudiarjo, Yogyakarta. Bersama padepokan tersebut dia menggelar pementasan di Yogyakarta, Semarang, Cilacap, Surabaya, dan Jakarata.
Selama kuliah di ISI, ia makin sibuk. ‘Kerja’ dalam rangka pentas dan berkolaborasi dengan berbagai kelompok atau group makin sering ia lakukan. Pernah pula Sandyo menjadi pengisi acara di stasiun televisi swasta nasional, RCTI. Pada program acara Dua Warna ia menjadi pengiring acara dengan bermain musik etnik. Tak berhenti di seni musik, Sandyo juga mempelajari seni tari dan tetaer.
Kompetensi pulalah yang kemudian membuat Sandyo memperoleh beasiswa prestasi di ISI. Kerja di bidang musik dan beasiswa itu diakui sangat membantunya memenuhi biaya kuliah dan biaya hidup selama tinggal indekos di Yogyakarta.
Panjang lebar dikisahkan, Sandyo memilih sedikit mengurangi rutinitas kerja berupa proyek pementasan, pendampingan/ guru, serta workshop-workshop bidang musik saat hendak menyelesaikan kuliah di ISI. Skripsi berupa karya Solidartone-pun berhasil membuatnya meraih cumlaude saat diwisuda. Solidaritone, lebih jauh disampaikan, merupakan pementasan musik gamelan yang hanya dimainkan oleh dua orang. Saat itu ia dibantu senior di ISI, Budi Pramono. Budi, rekannya dalam pentas sebagai bagian dari skripsi itu saat ini menjadi music arranger artis kenamaan, Shoimah.
Selepas lulus dari ISI, instensitas kerja dan berkesenian masih sangat padat. Bersama Shimpony Orcestra group music ISI, ia juga tampil di berbagai daerah.
Telah banyak pengalaman yang diperoleh Sandyo dari Seni karawitan, utamanya dalam pementasan baik pementasan karawitan, komposisi karawitan, teater daerah, iringan tari, iringan Pedalangan, kolaborasi dengan musik modern dan orkestra. Sandyo pernah menjadi penata iringan Festival Kethoprak untuk tingkat DIY, penata iringa fest teater untuk tingkat DIY dan penata iringan untuk misi kesenian luar daerah dan penata iringan tari Batik Walang karya Susi Feryanti. Disela kesibukannya dia masih menyempatkan mengajar karawitan di beberapa sekolahan dan komunitas seni.
Belajar komposisi karawitan dari beberapa tokoh seniman juga pernah ia lakuan. Diantaranya belajar dan bergabung dengan G. Jadug Feryanto, Drs. Purwanto dan Pardiman Djoyonegoro. Bergabung pula dengan Padepokan Seni Bagong Kussudiarjo dan Sanggar Natya Lakshita pimpinan Didiek Nini Thowok. Urusan seni musik, Sandyo seperti tak punya lelah, ia juga sempat mempelajari Digital Music untuk iringan tari dan teater. Pernah bertugas di Indonesian Embassy Of Rumania di Bucarest selama 1 tahun sebagai pengajar Seni Karawitan, Angklung dan Keroncong.
Saat di Rumania, dia bergabung dengan “Michul Paris” with Pavel Streaschu, Onu Pavalesccu, Adelline Borsan, untuk pementasan di “La MOJO” Unereai, Lipscan Rumania. Di sana dia juga menjadi pemusik dan arangger lagu-lagu daerah untuk acara “friend Of Indonesia di TVR 3 (Romanian TV), Romania. Sebagai pemusik di acara GLOBAL AIESEC, Music Percussion dan Openning, Baneaza Romania. Melakukan performance dengan Indonesian Embassy of Rumania, ‘Night of Indonesia’, di National University, Republik Moldova.
Sekarang, Sandyo tinggal di Wonosari. Bertugas di Dinas Kebudayaan kabupaten Gunungkidul dipercaya menjadi Tenaga Ahli Pratama Bidang Kebudayaan serta tentu saja masih aktif berkesenian. (Kandar)