NGAWEN, (KH)— Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah serius bagi Bangsa Indonesia. data menunjukkan bahwa angka kecelakaan masih tergolong tinggi. Tak jarang kecelakaan lalu lintas yang terjadi mengakibatkan korban meninggal dunia.
Tak hanya di kota besar, kasus kecelakaan lalu lintas juga sering terjadi di daerah, sepertihalnya Gunungkidul. Bahkan tidak sedikit diantaranya melibatkan siswa atau pelajar. Salah satu sebab kecelakaan tersebut terjadi karena kelalaian manusia atau human error, seperti misalnya pengendara tidak memakai helm dengan benar.
Dalam berlalu lintas, kurangnya disiplin diri dalam berkendara sering kali masih dilakukan, misalnya tanpa kelengkapan berkendara sesuai dengan undang-undang lalu lintas yang berlaku.
Bertujuan meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan dan dampak yang diakibatkan, SMK Ngawen membuat inovasi berupa aplikasi perangkat keselamatan berkendara Safety Riding.
“Kami menamai inovasi ini dengan Safety Riding Kit S2-HK, yaitu perangkat keselamatan berkendara sepeda motor dengan kontrol kartu SIM, STNK dan Helm Keselamatan (S2-HK). Aplikasi ini menggunakan mikrokontroler arduino nano sebagai prosesor pengolah data” Ungkap Heru Raharjo, penggagas dan pembuat alat pencegah kecelakaan tersebut, Kamis, (19/1/2017).
Komponen utama safety riding kit, papar Heru, terdiri dari RFID reader yang berfungsi untuk membaca SIM dan STNK, sensor helm yang terpasang pada helm, dan prosesor sebagai pengolah data. Prinsip utama dari alat ini adalah memutuskan hubungan arus yang menuju koil pengapian.
Pengendara wajib menscan SIM dan STNK yang sudah dilengkapi RFID card, dan memakai helm sampai bunyi “klik” untuk bisa menyalakan motor. SIM dan STNK yang telah dibaca oleh RFID reader dikirim ke prosesor, helm harus dipakai dengan benar sampai tali pengaitnya bunyi “klik” kemudian dikirimkan ke prosesor lewat gelombang frekuensi. Data-data tersebut dibaca oleh prosesor, jika data-data tersebut telah benar maka mikrokontroler akan mengaktifkan relay yang menghubungkan kabel ke koil pengapian.
“Sehingga apabila syarat berkendara tidak dilengkapi, seperti SIM, STNK serta tidak memakai helm dengan benar maka sepeda motor tidak akan menyala,” tambah Heru.
Alat ini kemudian dikembangkan oleh siswa SMK Ngawen yang tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler Teknologi Tepat Guna (TTG) yang terdiri dari Taufik Alfin Ashari, Abdullah Said dan Ahmad Ihsan di bawah bimbingan langsung Heru Raharjo.
Kegiatan ekstrakurikuler ini telah menghasilkan beberapa produk teknologi tepat guna yang bermanfaat bagi masyarakat dan ada yang menjuarai di beberapa lomba. Proses pembuatan alat diawali dengan perancangan desain PCB, penyolderan komponen, pemrograman mikrokontroler, pengujian dan pemasangan alat pada sepeda motor.
Heru menguraikan, bahwa pada awal pembuatan alat masih sering mengganti komponen elektronik, selain itu juga masih mengalami kesulitan dalam pemograman mikrokontroler. Biaya pembuatan alat ini tidak terlalu mahal, sekitar Rp. 800.000,00.
“Jika nanti dipasarkan, kami akan mencoba untuk menekan biaya produksi sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat” Ungkap Heru ketika berbincang dengan KH.
Apresiasi masyarakat terhadap karya SMK ini sangat bagus, beberapa orang telah menghubungi secara langsung Heru untuk menanyakan inovasi tersebut. Kapolsek Ngawen Tri Wibowo didamping Babinkamtibmas Indra Yurahman bahkan pernah mengecek langsung alat keselamatan berkendara tersebut, mereka berharap alat tersebut dapat dipresentasikan di jajaran Polres Gunungkidul.
“Harapan kami inovasi anak bangsa ini dapat digunakan oleh masyarakat, diberi kesempatan untuk mengenalkan produk ini ke masyarakat, menerima hak paten dan ada investor yang mengembangkannya,” harap Heru mengakhiri perbincangan. (Kandar)