Wonosari,(KH)–Polres Gunungkidul mewaspadi peredaran narkoba yang menyasar pelajar sekolah, langkah ini diambil mengingat pelajar yang masih mengenyam bangku pendidikan sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan.
Kanit Humas Polres Gunungkidul Iptu Ngadino pada Sabtu (23/10) mengatakan, pada kasus di sejumlah daerah, seorang pelajar akan lebih mudah menjadi pengedar maupun pengguna narkoba karena ikut-ikutan teman mereka.
Disinggung mengenai pelajar yang mengkonsumsi narkoba, sejauh ini Polres Gunungkidul belum mendapatkan laporan adanya pelajar yang mengkonsumsi narkoba.
Meski demikian, pada Oktober 2015, Polres Gunungkidul sudah dua kali menemukan kasus penyalahgunaan psikotropika. Pada 2 Oktober 2015, berhasil menangkap DS warga Desa Beji, Kecamatan Pathuk dengan barang bukti 34 butir pil psikotropika jenis alprazolam dan satu buah tas merk ternama. Pada 3 Oktober 2015, juga berhasil menangkap SP dengan barang bukti delapan butir pil alprazolam.
“Tetapi tetap tidak dapat dipungkiri bahwa pelajar bisa saja terlibat jaringan peredaran barang haram tersebut. Semoga saja tidak ada lagi kasus narkoba di Gunungkidul baik masyarakat ataupun pelajar,” terangnya.
Menurut Iptu Ngadino, peredaran narkoba saat ini perlu lebih diwaspadai, karena semakin majunya teknologi, membuat modus operandi peredaran narkoba semakin canggih dan sulit dideteksi. Di samping itu semakin banyak pula cara yang dilakukan untuk menyelundupkan barang haram tersebut.
“Kita harus waspadai juga dengan kemungkinan narkoba yang di bawa dari luar daerah ke Gunungkidul,” ungkapnya.
Guna mengurangi peredaran narkoba , rencananya Polres Gunungkidul akan melakukan sejumlah razia dan terus meningkatkan bimbingan terhadap masyarakat mengenai dampak negatif yang ditimbulkan dari narkoba.
Sementara itu dari pihak sekolah, Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA N) 2 Playen, Fatmiyati mengungkapkan, SMA N 2 Playen memiliki sejumlah langkah untuk menjauhkan siswa dari penyalahgunaan narkoba.
Program pertama, yakni dengan adanya Satuan Tugas (Satgas) Narkoba yang anggotanya berasal dari siswa sekolah tersebut, Satgas yang sudah sekitar satu tahun menjalankan tugas tersebut memiliki program di antaranya sosialisasi mengenai efek penyalahgunaan narkoba, melibatkan Badan Narkotika Kabupaten Gunungkidul, ataupun Badan Narkotika Nasional Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Program berikutnya yakni konsultasi sebaya, memberikan kesempatan anggota Satgas untuk memberikan konsultan kepada masyarakat atau teman-temannya seputar penyalahgunaan narkoba dan dampak.
“Kami, dalam hal ini Satgas, juga menggelar inspeksi mendadak (sidak) di sekolah. Terakhir, kami memiliki program reguler pembiasaan, yaitu guru dan kepala sekolah bersalaman dengan siswa ketika di sekolah,” urai Fatmiyati.
Pembiasaan tersebut, lanjutnya, memberikan kesempatan bagi guru untuk bisa mengikuti kondisi siswa dari hari ke hari. Apabila ada perubahan atau gejala fisik pada siswa, misalnya anak terlihat pucat atau perubahan lainnya, guru bisa langsung menanyakan kepada yang bersangkutan. (Maria Dwi Anjani)