TEPUS, (KH),– Tanaman Jali merupakan salah satu komoditas pertanian yang tergolong langka. Sulit ditemukan petani dari Gunungkidul yang serius membudidayakan atau menanam jali dalam jumlah banyak.
Namun, meski langka bukan berarti tidak ada. Seperti yang dilakukan petani asal Gesing, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Gunungkidul, Sundari ini. Ia mau secara serius menanam Jali pada lahan pertaniannya.
Ia bersama Kelompok Kelompok Tani (KWT) Bina Mulia mengembangkannya. Bahkan di lahan pertaniannya pribadi Jali yang ditanam luasnya mencapai 2.000 meter persegi. Jali yang ditanam bersama kelompoknya itu, Rabu, (10/6/2020) kemarin sudah dapat dipanen.
“Diperoleh biji jali kering 500 kilogram. Setelah disosoh menjadi beras jali sebanyak 200 kilogram,” ungkap Sundari.
Karena langka, harga beras Jali untuk tiap kilogramnya tergolong mahal. Harga beras jali dipasarkan Rp.40.000,-/kg. Sehingga ia berharap akan memperoleh total pendapatan sebanyak Rp. 8.000.000, dari tanam Jali seluas 2000 meter persegi.
“Beberapa sudah ada pesanan termasuk dari Dinas Pertanian dan Pangan,” imbuh Sundari.
Hadir dalam kegiatan pasca panen Jali, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto mengapresiasi kesediaan dan kreatifitas petani lahan kering tersebut.
“Pertanian di Gunungkidul masih menjanjikan banyak peluang. Lahan masih luas, mari kembangkan hal baru dalam usaha tani,” ajak Bambang.
Bukti betapa langkanya tanaman Jali, Bambang mengaku memiliki pengalaman ytersendiri. Pada Pameran Hari Pangan Sedunia di Kendari tahun 2019 lalu dimana juga dipamerkan beberapa produk petani, produk Hanjali atau Jali baru ada di Stand Pertanian Jawa Barat. Ia berharap Kabupaten Gunungkidul terus berpacu agar tidak tertinggal daerah lain.