“Ada juga dua buah bangsal atau pendapa kecil bernama Prabayeksa di sebelah kanan dan kiri. Dibangun pula patung Panembahan Senapati, Ki Ageng Pemanahan dan Ki Juru Mertani, menurut beberapa sumber mereka merupakan pendiri dinasti Mataram Islam,” beber Trisno.
Sedangkan adanya pohon-pohon besar yang tumbuh di sekitar pertapan, sebagian besar ditanam oleh Sultan HB IX. Pohon tertua yang masih ada hingga saat ini yakni pohon Sawon.
Sembari menjalani aktivitasnya menjadi juru kunci, Surakso Sekarsari menggarap ladang tidak jauh dari tempatnya bertugas, sehingga ia mudah memantau apabila ada tamu atau pengunjung pertapan. Rutinitas yang dijalani, biasanya ia akan pulang dari pertapan setiap pagi, serta kembali lagi selepas pukul 08.00 WIB.
Meski tanpa jadwal yang mengatur secara rinci penugasan, dengan penuh kesadaran mereka bertiga bergantian menunggu Pertapaan Kembang Lampir. Bersama menjaga dan merawatnya. (Kandar).