WONOSARI, (KH) — Angkutan Perdesaan (Angkudes) yang beroperasi di Kabupaten Gunungkidul sudah jarang terlihat. Kalangan sopir angkudes saat ini merasa kesulitan kejar setoran harian, lantaran angkudes sudah tidak lagi menjadi primadona pilihan sarana angkutan masyarakat.
Ismanto (36), salah satu sopir angkutan desa (angkudes) jalur 18 mengatakan, kondisi angkutannya sepi penumpang, sementara setoran kepada juragan alias si pemilik kendaraan harus terus berjalan dan tidak boleh kurang.
“Sekarang semakin sepi. Hasil yang didapat terkadang tidak cukup untuk membayar setoran,” papar warga Paliyan ini, Selasa (10/02/2015).
Menurutnya, sepinya penumpang tersebut dipengaruhi banyaknya warga yang memiliki kendaraan pribadi seperti motor atau mobil. Akibatnya keberadaan angkutan umum yang dijalankannya semakin terpinggirkan.
“Semakin jarang yang memanfaatkan jasa angkutan umum. Kebanyakan orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi,” kata Ismanto.
Bambang (58), sopir angkutan Wonosari – Jepitu mengatakan, kondisi angkutan semakin tahun kian sepi. Terlebih banyak warga memilih menggunakan motor pribadi dibandingkan memanfaatkan jasa angkutan umum. Hal ini didukung makin mudahnya pengajuan kredit motor, sehingga warga semakin mudah memiliki kendaraan pribadi.
“Saat ini hampir setiap warga memiliki kendaraan pribadi, ditambah banyak anak sekolah yang belum cukup umur menggunakan sepeda motor ke sekolah,” kata Bambang warga Rongkop.
Ia berharap agar Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Kabupaten Gunungkidul berkenan membantu dengan kebijakan angkutan, agar nasib operator bus atau Angkudes tidak semakin memprihatinkan. “Belum lagi servis armada dan konsumsi bahan bakar yang membutuhkan pengeluaran yang tinggi, sehingga pemasukan yang ada tidak cukup,” kata dia.
Sementara itu, Kabid Transportasi Dishubkominfo Kuncoro mengatakan, lesunya penumpang memang terjadi pada angkudes yang berada di Kabupaten Gunungkidul. Faktor penyebab sepinya kendaraan umum akibat banyaknya kendaraan pribadi diakui oleh Kuncoro.
Ia menambahkan, saat ini anak sekolah yang belum cukup umur sudah menggunakan sepeda motor untuk pergi ke sekolah. “Dishubkominfo sudah berupaya melakukan sosialisasi di setiap sekolah, namun upaya tersebut belum memberikan dampak yang maksimal,” tandas Kuncoro.(Atmaja/Tty)