PONJONG, (KH) — Tidak banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui bahwa keris telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda dari Indonesia sejak 25 November 2005 lalu. Seiring dengan pengakuan UNESCO, budaya perkerisan terus tumbuh hingga ini. Tingginya permintaan masyarakat akan keris dan tosan aji telah menimbulkan dampak ekonomi yang positif bagi banyak kalangan, khususnya perajin hingga pedagang keris. Jual beli keris dan tosan aji yang dulunya secara sembunyi-sembunyi saat ini telah terbuka mengikuti perkembangan jaman, salah satunya di media sosial. Salah satu kelompok yang giat mempromosikan keris di media sosial saat ini adalah kelompok Recommended Seller Tosan Aji (RSTA) yang merupakan perkumpulan penjual keris se-Indonesia yang bergerak dalam jual beli tosan aji secara online.
Menurut Supriyanto, penggagas RSTA, hingga kini anggota RSTA di Facebook sudah mencapai lebih dari 240 akun anggota yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia. Selain jual beli, kegiatan lain yang dilakukan diantaranya memberikan edukasi kepada masyarakat akan pemahaman terhadap tosan aji serta membuat gerakan sosial, Tosan Aji untuk Kemanusiaan.
“Kami melihat potensi besar yang dapat dibangun melalui keris dan tosan aji bagi sesama. Para pedagang sudah merasakan manfaat ekonomi dari meningkatnya penjualan tosan aji ini. Manfaat ini tidak boleh hanya dinikmati sendiri, harus ada tanggung jawab sosial yang diberikan. Untuk itu, kami berupaya membuat gerakan bersama para pedagang tosan aji se Indonesia melalui program Tosan Aji untuk Kemanusiaan. Salah satunya hari ini kami bakti sosial di dua tempat, rumah mbah Satinem dan mbah Kamiyem yang memang membutuhkan. Bantuan yang kami salurkan berupa sembako, peralatan rumah tangga dan bantuan tunai.” Ujar pria yang akrab disapa Kang Supri ini ditemui di Dukuh Pelalat, Desa Umbul Rejo, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul Kamis (5/5/2016).
Pedagang keris yang terlibat dalam gerakan ini tidak hanya dari wilayah DIY dan Jawa Tengah semata, Rahandi, pedagang keris yang tinggal di Surabaya ini juga menyambut gembira adanya gerakan ini. Menurutnya, sudah saatnya masyarakat perkerisan ikut turun tangan membuat gerakan sosial bagi kemanusiaan.
“Pedagang keris selama ini sudah mendapat banyak manfaat secara ekonomi dari perdagangan ini. Untuk itu, kami dorong agar setiap pedagang menyisihkan keuntungan yang didapat diserahkan kepada kas kelompok untuk program membantu saudara kita yang membutuhkan. Awalnya banyak yang ragu terhadap komitmen gerakan ini. Namun setelah teman-teman melihat dampak positif kegiatan ini, mereka sekarang yang justru aktif mengisi kas kelompok. Alhamdulillah, gagasan ini sekarang disambut positif oleh semua anggota.” ujar pria yang juga penanggung jawab program Tosan Aji untuk Kemanusiaan wilayah Jawa Timur dan Madura ini (5/5/2016).
Sejauh ini, gerakan Tosan Aji untuk Kemanusiaan telah memberikan bantuan ke beberapa daerah diantaranya di Malang, Jawa Timur dan terakhir di Gunungkidul, Yogyakarta. Dalam menentukan sasaran penerima bantuan, RSTA menjaring informasi dari anggota dan juga masukan masyarakat. Banyak pihak berharap agar gerakan seperti ini terus diintensifkan dan disebarluaskan dalam rangka mendorong pelaku tosan aji se-Indonesia untuk bergabung dan terlibat aktif dalam gerakan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat. (Kiriman artikel dari: Unggul Sudrajat, pegiat RSTA).