Penambang Batu Tradisional Siraman Berhenti Saat Musim Hujan

oleh -5062 Dilihat
oleh
Penambangan Batu Tradisional di Desa Siraman. Foto: Atmaja.
Penambangan Batu Tradisional di Desa Siraman. Foto: Atmaja.
Penambangan Batu Tradisional di Desa Siraman. Foto: Atmaja.

WONOSARI,(KH) — Kegiatan penambangan batu putih secara tradisional di Padukuhan Siraman 2, Desa Siraman terhenti untuk sementara waktu. Hal ini dikarenakan intensitas hujan yang masih cukup tinggi yang membuat tambang batu putih tergenang oleh air.

“Saat musim hujan aktivitas pertambangan berhenti total. Karena untuk mendapatkan batu putih tersebut dengan cara menggunakan alat manual berupa gergaji, linggis dan palu besar,” kata Istiyono (43), seorang penambang batu asal padukuhan Siraman 2, Sabtu (14/03/2015).

Ia menjelaskan, tambang batu putih tersebut menghasilkan bahan baku yang nantinya dijadikan sebagai batu ukir, batu tempel, ornamen maupun relief. “Kalau batu yang sudah dibentuk menjadi kotak bisa dijadikan sebagai lampion batu,” jelasnya.

Lokasi tambang batu berada di pekarangan rumah warga. Para penambang melakukan patungan untuk menyewa tanah sebagai tempat pertambangan batu. Setelah berhasil mendapatkan bongkahan batu, penambang membentuk batu sesuai dengan pesanan.

“Batu dijual ke Pulau Dewata Bali, karena untuk hiasan hotel maupun tempat wisata,” ujarnya.

Kepada KH, ia menambahkan kedalaman tambang antara 2 – 3 meter. Adanya genangan air pada tambang tersebut hanya dibiarkan begitu saja, karena menurut para penambang genangan air akan surut dengan sendirinya.

“Penambang pernah mencoba memanfaatkan genangan air tersebut untuk memelihara ikan. Namun ketika ikan belum siap dipanen, air yang ada di tempat pertambangan sudah surut,” imbuh Istiyono.

Lebih lanjut ia menambahkan, setiap musim penghujan penambang melakukan aktivitas pertanian. Ditambah dengan musim panen yang sudah dilakukan membuat kegiatan pertambangan berhenti total. Kegiatan pertambangan kembali dilakukan setelah musim panen selesai dan intensitas hujan berkurang.

“Saat musim kemarau kegiatan pertambangan berjalan supaya dapat menyimpan stok saat musim penghujan datang,” tandasnya.

Beberapa hari yang lalu, pernah terjadi kecelakaan anak yang tenggelam di genangan air pada salah satu lokasi penambangan tradisional di Desa Siraman. Pengamatan KH di lapangan, kurangnya pengamanan lokasi tambang batu tradisional di tanah pekarangan misalnya diberi tanda pembatas atau papan peringatan menjadi salah satu faktor resiko terjadinya kecelakaan di lokasi tambang tersebut. (Atmaja).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar