Pemanfaatan Sumber Air Bawah Tanah untuk Pertanian Bawang Merah di Dusun Sumber Girisuko Panggang

oleh -4430 Dilihat
oleh
Pertanian bawang merah di Dusun Sumber Girisuko Panggang memanfaatkan sumber air bawah tanah dengan pengeboran
Pertanian bawang merah di Dusun Sumber Girisuko Panggang memanfaatkan sumber air bawah tanah dengan pengeboran

Dusun Sumber Kalurahan Girisuko Kapanewon Panggang adalah daerah berbukit seperti daerah Gunungkidul bagian selatan pada umumnya. Dusun Sumber terletak di ujung bagian barat Kapanewon Panggang berbatasan dengan Kabupaten Bantul. Struktur batuan di wilayah Sumber terdiri dari dua corak batuan yang bertem:  pertama corak batu karang khas Pegunungan Seribu, kedua jenis batu endapan lava khas Pegunungan Batur Agung Utara. Struktur batuan seperti ini pula yang tampak di permukaan tanah di daerah Kedungwanglu Banyusoca Playen. Kemungkinan besar hal ini terpengaruh patahan tektonik sehingga menjadikan Dusun Sumber dan Kalurahan Girisuko lebih luas lagi sebagai jalur sungai bawah tanah. Pengeboran di kedalaman 100 meter di Dusun Sumber telah mampu mengeluarkan air dengan debit sangat besar. Air pengeboran yang cukup dalam dimanfaatkan untuk air minum dan pertanian. Di musim kemarau seperti sekarang ini bukit-bukit di Dusun Sumber tampak hijau oleh tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan.

Para petani di Dusun Sumber.[Foto:Padmo]
Para petani di Dusun Sumber.[Foto:Padmo]
Jenis sayuran yang dominan ditanam dan paling diminati oleh petani di daerah ini adalah bawang merah. “Saya menanam 70 kg benih, Mas. Yang menanam banyak ya yang agak ke bawah itu, Pak Dul Ghani menanam 2 kwintal benih,” ujar Pak Sumar (63 tahun), seorang petani bawang merah. Pak Sumar menceritakan, “Saya sudah 5 tahun menanam bawang merah. Selama setahun bisa 4 kali panen.” Pak Sumar menambahkan bahwa bertani bawang merah lebih mudah penanganannya di musim kemarau. Di musim penghujan air pada tanah terlalu banyak. Hama tanaman terlalu sulit dikendalikan. “Tetapi ada nilai plus-nya, Mas, walau hasil panen menurun tetapi di musim hujan harga bawang merah bisa tinggi. Kebanyakan petani di musim hujan lebih memilih menanam padi, jagung, atau yang lain,” terang Pak Sumar.

Menuruni bukit, KH menemui Pak Dul Ghani. Lahan pertanian bawang merahnya terluas dibanding milik petani lain. “Dua kwintal benih saya tanam, Mas, dan Alhamdulillah bawang merah ini telah berumur 45 hari. Kelihatannya hasil panennya nanti bagus,” terang Pak Dul. Hasil panen bawang merah di sana lebih banyak diborongkan ke pembeli di tempat panen. Dibanding para petani memanen dan menjual sendiri, para petani bawang merah seperti Pak Dul lebih memilih untuk mengejar waktu tanam berikutnya. Setahun mereka menanam bawang merah 4 kali. Musim tanam pertama di bulan Februari, kedua di bulan Mei, ketiga di bulan Agustus, dan keempat di bulan Oktober. Umur bawang merah terpanen berkisar 60 sampai 70 hari.

Pak Dul Ghani sedang menyirami tanaman bawang merah.[Foto:Padmo]
Pak Dul Ghani sedang menyirami tanaman bawang merah.[Foto:Padmo]
Ditanya KH soal harga jual, Pak Dul mengatakan bahwa jika harga pas bagus hasilnya lumayan. Tetapi jika harga turun penghasilan petani bawang merah tipis. Hal ini disebabkan karena perhitungan modal juga lumayan besar. “Kalkulasinya sederhana, Mas, 10 kg benih yang ditanam modal yang dibutuhkan sekitar 1 juta. Ini sudah masuk hitungan persiapan lahan, pupuk, perawatan, dan lain lain,” Pak Dul menerangkan. Penjelasan Pak Dul selanjutnya, benih bawang merah  50 kg biasa laku ditebaskan 15 juta. Pernah juga Pak Dul hanya mendapat keuntungan tipis, bahkan tidak merasakan balik modal. “Ya, namanya juga usaha,Mas. Kadang berhasil, tapi juga sering thekor. Tapi ya tidak ada kapoknya. Harus berusaha lagi,” ujar Pak Dul sambil tersenyum kecut.

Itu lah sepenggal kisah Pak Dul Ghani, seorang petani bawang merah di Dusun Sumber yang wilayahnya cukup kaya air. Nama dusun-dusun di Kalurahan Girisuko memang identik dan mengacu kepada air atau sumber air, seperti nama Dusun Sumber dan Dusun  Banyumeneng.  Di sana ditemukan beberapa sumber air bawah tanah yaitu Kaligede dan Njotak. Data ini membuktikan hal itu. Hanya memang pemanfaatan sumber-sumber air itu belum maksimal. Para petani masih mengandalkan pengeboran secara pribadi atau kelompok masyarakat dalam skala kecil.

Pertanian Bawang Merah di Dusun Sumber.[Foto:Padmo]
Pertanian Bawang Merah di Dusun Sumber.[Foto:Padmo]
Ketika KH mengelilingi dusun banyak menemukan jenis tanaman komoditas lain, baik holtikultur ataupun tanaman perkebunan terutama kelengkeng dan alpukat. Pengairan untuk tanaman-tanaman ini semuanya mengandalkan sumber air bawah tanah. Dengan stimulan program pemerintah yang tepat berbarengan dengan semangat para petani lokal yang luar biasa, tentunya potensi alam Kapanewon Panggang sebelah barat sangat layak untuk dikembangkan. Keberadaan sumber-sumber air di sana adalah aset penting dalam rangka memutar roda perekonomian masyarakatnya.

[KH/Edi Padmo]

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar