WONOSARI, (KH) — Ruang Dahlia atau bangsal anak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari tidak mampu menampung jumlah pasien. Akibatnya, pihak rumah sakit menyediakan bed tambahan (ekstra bed) untuk memberikan tempat perawatan kepada pasien anak.
Kondisi ini menyebabkan beberapa pasien anak harus dirawat di luar kamar, Anisa Ahmad Dzakia (7) contohnya. Pasien yang dirujuk dari Puskesmas Karang Rejek ini tidak mendapat kamar, dan harus rela tidur dan menjalani perawatan di lorong ruangan Dahlia.
“Kita di sini sejak dua hari lalu. Anak saya terkena demam berdarah. Ya, walaupun tidak mendapat kamar, tidak apa apa. Yang penting, tetap mendapat perawatan,” kata Ibu pasien, Winarti (28) saat ditemui di RSUD Wonosari, Selasa siang(27/1/2015).
Ayah korban, Suyanto (38) mengaku kecewa, sebab, anak keduanya ini seharusnya mendapat kamar di kelas II, jika melihat dirinya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Meski kecewa, Suyanto tidak mempermasalahkan hal tersebut. Menurut dia, hal terpenting adalah anaknya segera mendapat perawatan oleh dokter.
“Ya kecewa, tetapi mau gimana lagi. Keadaannya memang seperti ini,” ungkap Suyanto yang mengaku bekerja sebagai PNS di lingkungan Disdikpora Gunungkidul ini.
Sementara, Kepala Bidang Pelayanan dan Keperawatan RSUD Wonosari, dr Triyani Heni Astuti mengaku, dalam beberapa pekan terakhir ada peningkatan jumlah pasien di RSUD Wonosari.
Banyaknya jumah penderita demam berdarah pada anak menjadi salah satu faktor overloadnya ruangan Dahlia. Pihaknya tidak menampik, jika ada beberapa pasien anak yang mendapat perawatan di luar kamar.
“Ruang rawat inap anak hanya memiliki kapasitas untuk 16 pasien. Meskipun ada pasien yang dirawat diluar ruangan, 3 dokter spesialis anak yang ada akan tetap melakukan pemantauan intensif kepada pasien. Mereka tidak mendapat perlakuan berbeda,” katanya.
Dijelaskan, Bulan Desember dan Januari merupakan bulan terbanyak penyakit DBD muncul. Dari data yang ada di RSUD Wonosari, dari 18 pasien anak yang menjalani rawat inap saat ini, 5 diantaranya dilakukan observasi untuk penyakit DBD.
“Untuk total pada Bulan Januari ini, sudah ada 46 pasien DBD yang kita rawat. Dari jumlah ini, tidak ada pasien yang meninggal,” terang dr. Heni sapaan akrabnya.
Heni mengatakan, kekurangan ruang inap anak akan segera diatasi. Penempatan gedung baru yang rencananya akan difungsikan awal Februari nanti, diharapkan dapat menjadi solusi akan masalah tersebut. Lanjut Heni, ruang Dahlia yang selama ini digunakan untuk merawat anak dan pasien syaraf akan dipisah.
“Awal Februari pasien syaraf akan menempati gedung baru, jadi ruang Dahlia seluruhnya akan kita gunakan untuk rawat inap anak,” bebernya. (Juju/Tty)