Menengok Masjid Peninggalan Sunan Kalijaga di Panggang

oleh -4052 Dilihat
oleh
Masjid Sunan Kalijaga di Kecamatan Panggang. KH/ Kandar.

PANGGANG, (KH),– Masjid Sunan Kalijaga di Padukuhan Blimbing, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul ini berbeda dengan masjid pada umumnya. Sesuai namanya, konon masjid ini merupakan peninggalan Sunan Kalijaga. Sehingga diyakini umurnya cukup tua.

Sesepuh warga, sekaligus takmir masjid, Marjiyo (68) mengisahkan, berdasar cerita tutur yang diterima, pertama kali bangunan yang didirikan bukan merupakan masjid, melainkan Tajuk. Tajuk merupakan bangunan kecil untuk beribadah.

“Dibangun kurang lebih pada tahun 500 Masehi. Selain Tajuk juga dibangun sebuah sumur yang letaknya di sebelah selatan Tajuk,” kata Marjiyo mengisahkan, Senin, (13/5/2019).

Sambung Marjiyo, Tajuk didirikan oleh Sunan Kalijaga untuk tempat beribadah Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan atau yang memiliki nama muda Ki Bagus Kacung berada di wilayah tersebut sedang menjalankan semedi atau tapa guna mencari petunjuk mengenai wahyu keraton atas arahan Sunan Kalijaga.

Disela menjalankan rutinitas bertapa di sebuah bukit yang mulanya bernama Kembang Semampir, Tajuk digunakan oleh Ki Ageng Pemanahan untuk beribadah. Letak Tajuk berjarak sekitar beberapa ratus meter dari dari lokasi bertapa yang kini dikenal dengan sebutan Kembanglampir.

Lambat laun, warga sekitar kemudian memanfaatkan Tajuk tersebut. Warga merawat peninggalan Sunan Kalijaga itu dari generasi ke generasi.

“Pada zaman penjajahan Belanda kubah Tajuk sempat hilang,” jelas Marjiyo meneruskan cerita.

Hilangnya kubah Tajuk berbahan tanah liat tersebut diakibatkan oleh perbuatan orang-orang Belanda. Kubah hilang tanpa diketahui keberadaannya usai Tajuk dibakar oleh penjajah.

Konon, ketika Belanda hendak menghakimi orang yang dianggap bersalah, setiap kali bersembunyi di dalam Tajuk selalu selamat. Melalui mata-mata Belanda, barulah diketahui bahwa tempat persembunyiannya berada di dalam Tajuk. Sehingga agar Tajuk tidak digunakan oleh warga untuk bersembunyi maka dibakarlah Tajuk tersebut.

Saat hendak dibangun kembali, warga masyarakat tak lagi memiliki Kubah sebagai penutup atap. Warga kemudian berinisiatif membelinya di wilayah Klaten. Marjiyo melanjutkan kisah, berangkatlah tiga tokoh warga hendak membeli Kubah baru.

“Di tengah perjalanan tiga warga bertemu seseorang yang membawa Kubah. Setelah niat membeli Kubah disampaikan, seseorang tersebut menawarkan Kubah yang dibawanya,” sambung Marjiyo.

Kubah Masjid Sunan Kalijaga masih awet hingga saat ini. Kubah Kuno ini diyakini merupakan kubah yang dipasang sejak bangunan pertama kali didirikan. KH/ Kandar.

Terjadilah kesepakatan jual beli kubah tersebut. Namun, saat ketiga orang menunduk hendak mengambil uang yang diselipkan di balik baju, orang misterius si penjual Kubah menghilang. Ketiganya lantas menduga bahwa orang tersebut Sunan Kalijaga. Kubah tersebut juga diyakini merupakan kubah yang lenyap saat Tajuk dibakar oleh Belanda. Kubah itu tetap terpasang hingga saat ini.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar