“Mindset harus dirubah, membaca dan membaca adalah kunci mengentaskan kemiskinan masyarakat,” tandas dia pada kesempatan tersebut.
Sambungnya, Sehingga gerakan pembangunan desa akan diawali dari Perpustakaan desa (Perpusdes), dimana Perpusdes digagas menjadi jantungnya pembangunan masyarakat tersebut. Perpusdes menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk memperoleh informasi yang kemudian sebagai titik awal untuk beraktivitas berdasar informasi dan ilmu dari buku.
“Tahun 2017 kita akan masuk ke desa, perlu diketahui rasio gini di DIY sangat tinggi sehingga yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Kalau tidak menyasar ke pelosok desa sepertinya sangat sulit untuk mendekatkkan rasio gini ini,” ujar Budi lagi.
Ia menegaskan, BPAD akan terus mengupayakan secara maksimal bahwa Perpusdes agar menjadi penggerak pemberdayaan dan pembangunan masyarakat.
Senada dengan Kepala BPAD, dalam kesempatan yang sama Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (KPAD) Gunungkidul Ali Ridlo MM mengungkapkan, upaya pengembangan perpusdes telah dilakukan, disebutkan, sebelumnya hanya ada 8 Perpusdes percontohan di Gunungkidul, tetapi saat ini telah ada 14 Perpusdes percontohan.
“Sudah kita galakkan Perpusdes sebagai tempat berkegiatan, tidak sekedar menjadi tempat menyimpan buku, membaca buku, meminjam buku, tetapi sebagai tempat berkegiatan masyarakat, praktek apa saja, step by step di 144 perpusdes digagas menjadi perpus yang mampu membangun sinergi sehingga menjadi penggerak pengentasan kemiskinan,” urai dia.
Ia menyebutkan bukti adanya manfaat perpusdes dan pojok baca serta bentuk ruang baca lainnya, seperti masyarakat di Desa Kepek, Wonosari misalnya, diawali dari membaca buku mengenai membatik lalu mereka membuat batik sendiri. Bati tersebut kemudian dipasarkan melalui internet/ on line dengan fasilitas internet yang ada di Gardu Pintar, batik mendapat tanggapan sehingga laku di pasaran bahkan pembeli juga datang dari luar negeri.
Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul, Dr. H. Immawan Wahyudi, M.Hum, hadir pada acara ini mengucapkan terimakasih kepada BPAD dan semua yang terlibat sehingga dialog terselenggara. Ia mengakui saat ini pengembangan Perpusdes di wilayah Gunungkidul secara keseluruhan belum optimal, tetapi beberapa diantaranya dinilai cukup luar biasa karena berprestasi ditingkat nasional.
Menanggapi adanya minat baca di DIY rendah, dimana terdapat angka minat baca masyarakat baru ada 41 dari tiap 1000 orang memang memprihatinkan, ia meminta dukugan semua pihak untuk terlibat. Pemkab sudah menerbitkan Perbup untuk mendukung penumbuhan minat baca dengan memberi amanat agar APBDes menganggarkan dana ke Perpusdes.
“Selain itu perlu peran beberapa komunitas masyarakat yang ada, seperti Gerakan Penumbhan Minat Baca (GPMB). Minat baca perlu pembiasaan bahkan pemaksaan,” ulasnya.
Dialog publik yang berlangsung di Balai Desa Kepek, Wonosari, diselenggarakan oleh BPAD DIY, KPAD dan RRI ini juga dilengkapi dengan acara bedah buku Foodpreneur dari salah satu penerbit dengan menghadirkan praktisi pebisnis kuliner. (Kandar)