PLAYEN,(KH) — Pardiyo, seorang Tenaga Kerja Indonesia yang cukup berhasil setelah kerja di luar negeri ini cukup pantas untuk diteladani. Setelah kontrak kerjanya selesai pada tahun 2012 lalu, kali ini ia tengah merintis usaha ternak kambing dan turut serta dalam pengembangan Desa Wisata Nglanggeran.
Warga Nglanggeran Kecamatan Patuk ini selama 5 tahun bekerja di Korea pada sebuah perusahaan otomotif khusus aksesoris mobil. Berkat keberhasilannya sebagai TKI, laki-laki usia 34 tahun ini turut diundang pada acara sosialisasi pencegahan non prosedural yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) di Kantor Kepala Desa Ngunut pada hari Jumat (28/11).
Kepada KH, Pardiyo menuturkan pengalamannya selama menjadi TKI di Korea. Selama bekerja ia mampu memperoleh penghasilan sebesar Rp 18 juta tiap bulan. Selama itu pula ia menabung untuk mewujudkan cita-citanya membangun usaha sendiri dan mengembangkan potensi daerah Gunungkidul.
“Saat ini bersama teman-teman saya mempunyai cita-cita untuk mengembangkan wisata Nglanggeran. Semoga nantinya bisa terwujud menjadi tempat wisata utama di Gunungkidul,” ucapnya seusai acara sosialisasi.
Usaha ternak kambing juga ia tekuni berkat hasil bekerja di luar negeri beberapa tahun silam. Menurutnya usaha ini cukup menjanjikan bila ditekuni dengan benar.
“Soal modal memang sering jadi kendala. Sebenarnya bekerja di luar negeri atau di daerah sendiri sama saja bila ditekuni dengan kesungguhan. Tapi bila ingin mencoba ke luar negeri juga tidak ada salahnya, bila telah berhasil nantinya bisa turut membangun kampung halaman dengan membantu warga yang lain,” lanjutnya.
Terkait kesuksesannya, Pardiyo juga menuturkan telah membeli sebuah rumah di daerah Jawa Barat. Ia sengaja membeli rumah di daerah itu sebagai investasi.
Laki-laki yang ingin turut serta mengentaskan pengangguran di Gunungkidul ini juga berpesan agar para pemuda tak pernah lelah dalam mengejar cita meski harus diraih di luar negeri. Ia juga menyatakan keprihatinannya terhadap generasi muda yang seakan memiliki semangat rendah dalam menghadapi tantangan hidup.
“Di Korea sana hampir tak pernah saya melihat pemuda yang enak-enak nongkrong pada jam-jam sibuk. Sangat berbeda dengan keadaan di tempat kita ini,” pungkasnya. (Sumaryanto/Bara)