GUNUNGKIDUL, (KH),– Rumah tinggal milik Sumaryanti (60) warga Padukuhan Gading 3, Kalurahan Gading, Kapanewon Playen, Gunungkidul tak seperti pada umumnya. Ruang tengah rumah jenis limasan dipenuhi aneka produk kerajinan kulit. Terdapat pula 3 mesin jahit serta tumpukan lembaran-lembaran kulit.
Selain untuk tinggal, rumah tersebut memang dijadikan tempat produksi usaha kerajinan yang telah digeluti Sumaryanti dan suaminya sejak puluhan tahun.
Hari yang cerah, Sabtu, (4/3/2023), saat KH berkunjung 3 karyawan Sumartini sedang menyelesaikan pesanan. Ada pesanan yang harus selesai sesuai tenggat waktu yang dikehendaki pelanggan.
“Sedang mengerjakan pesanan toko penyedia produk fashion di Wonosari,” kata Sumaryanti.
Bukan hanya sekali ia mendapat order dari toko-toko pakaian di seputar Wonosari. Pesanan cukup rutin. Setiap kali order, minimal satu kodi.
Sumaryanti menuturkan, untuk melayani banyaknya pesanan ia menghabiskan cukup banyak bahan baku. Baik kulit domba, sapi dan kerbau. Bahan baku non kulit yang dihabiskan juga tak kalah banyak.
“Selain produk berbahan kulit, kami juga buat aneka tas dengan bahan lain, seperti goil,” tuturnya.
Dalam sebulan produk yang dihasilkan mencapai ribuan. Sumaryanti dibantu 5 karyawan. Jika pesanan lebih banyak dari biasanya, ada 3 penjahit yang ikut mengerjakan pesanan dari rumah masing-masing. Mereka mengambil bahan lalu dibawa pulang. Setelah rampung, produk diantar kemudian memperoleh bayaran sesuai kesepakatan.
Pasar terbesar penyedot produk indsutri rumahan bernama Hasta Indah itu berupa toko souvenir dan busana di seputaran Jogja serta Solo.
“Bahan ambil ke Jogja. Bahan tersebut sebagian sisa ekspor. Seluruhnya sudah melalui proses pengolahan dan pewarnaan, bahkan sebagian juga sudah di-embos,” imbuhnya.
Ragam produk cukup variatif, mulai tas wanita aneka model, waists bag, sling bag, dompet pria dan wanita, tas belanja, tote bag, dan lain-lain.
Sesekali Sumaryanti juga bikin jaket kulit. Karena butuh bahan cukup banyak untuk tiap potong, maka jaket dibuat setelah orderan datang.
“Harga produk kami mulai Rp10 ribuan sampai jutaan. Jaket merupakan produk yang harganya bisa lebih dari Rp1 juta,” terang Sumaryanti.
Semenjak merintis, pemasaran hanya mengandalkan cara konvensional. Karena usia usaha kerajinan sudah cukup umur, ia kini sebatas menunggu pesanan pelanggan alias melalukan repeat order sebutannya.
“Sesekali kami ikut pameran yang diselenggarakan berbagai instansi atau unit lembaga pemerintahan. Dampaknya kami bisa dapat pelanggan baru,” tukasnya. (Kandar)