PATUK, (KH)— Sulit dibayangkan seperti apa kegaduhan tragedi terperosoknya Bus Asri di wilayah Desa Salam, Kecamatan Patuk kala itu. Kecelakaan yang menelan puluhan korban jiwa itu seakan menjadi kecelakaan terparah sepanjang sejarah perjalanan angkutan umum trayek Yogya-Wonosari.
Hingga pertanda atau tetenger berbentuk sebuah tugu atas musibah dahsyat itu dibuat di sekitar tempat kejadian, tepatnya di Padukuhan Ngasem Ayu. Pada tugu semacam prasasti itu tertulis “ Pada Tanggal 6-5-1986 Telah Terjadi Musibah Bus Sehingga Menelan Korban Jiwa 20 Orang Jangan Menyusul Musibah Kami”.
“Sebenarnya lebih dari itu, tidak hanya 20 nyawa melayang, beberapa yang dirawat di rumah sakit akhirnya ada yang menyusul meninggal,” kata Tri Hernowo Kepala Dukuh Ngasem Ayu Sabtu, (14/5/2016).
Dalam ingatannya, saat itu beberapa warga Ngasem Ayu sedang kerja bakti membenahi Mushola. Sekitar pukul 11.00 WIB kaget mendengar benturan keras, lantas berhamburan menuju sumber suara. Kaget bukan main mereka mendapati jeritan histeris dari dalam bus. Warga sempat panik, takut dan bingung sehingga tidak segera menolong.
“tergesa-gesa dan penuh penasaran, para tukang berlarian tidak sadar kalau ternyata membawa alat kerja sampai dilokasi kejadian. Kira-kira jaraknya dengan lokasi tugu sekitar 5 meter saja” kenang dia.
Setelah ada beberapa anggota kepolisian dan beberapa petugas gabungan evakuasi, mereka berramai-ramai ikut menolong. Menurutnya, korban sebagian besar warga Gunungkidul, karena saai itu bus dalam perjalanan menuju Wonosari.
Penyebutan tugu tersebut dinamakan Monumen Asri, ini berdasar nama armada itu. Perbincangan yang sempat menyebar, sebut Tri, penyebab terjadinya kecelakaan karena bus mengalami rem blong, rem tidak berfungsi.
“Rem blong jaraknya sejak sekitar 2 kilometer sebelum sampai lokasi kejadian, sopir beberapa kali sempat berupaya membenturkan ke tebing agar bus berhenti, namun tidak berhasil,” lanjut dia.
Ditanya siapa yang buat tetenger musibah tersebut, ia mengaku tidak tahu, yang jelas kondisi tanda itu kini telah berubah tidak sesuai bentuk semula, selain banyak coretan, batu tempat tugu sudah dipecah, itu dilakukan oleh pemilik tanah yang baru.
Itu memang tanah milik warga yang dijual, atas permintaan pemilik baru, batu dipecah lalu tugu diletakkan agak kebawah, karena di sekitar lokasi tugu diperbaiki/ dibangun. Sebagai orang yang dituakan ia sempat berpesan jangan sampai tugu tersebut dirusak atau dihilangkan.
Karena bagaimanapun, kecelakaan itu merupakan musibah besar, tanda pengingat sebagai bentuk simpati, untuk mengenang sekaligus bela sungkawa. Bangkai kendaraan sempat pula ditaruh di sebelah kanan jalan dari arah Yogya.
“tetapi hanya beberapa bulan saja, entah dari pihak Asri atau apa akhirnya itu diambil kembali,” pungkas Tri. (Kandar)