Karang Taruna Karangrejek: Nguri-uri Budaya Jawa Tak Sekadar Slogan

oleh -4950 Dilihat
oleh

WONOSARI, Kabarhandayani – Digelarnya pertunjukan kethoprak pendapa di Balai Desa Karangrejek, Jumat malam (9/5/204) mengundang apresiasi dari organisasi Karang Taruna Desa Karangrejek.

“Kita menyambut baik kegiatan yang dilakukan di desa kami ini. Jadi, pemerintah tidak terkesan nguri-nguri budaya Jawa itu hanya sekedar slogan saja. Kami bangga, semoga para pemuda bisa bersatu padu dan konsisten menjaga budaya Jawa,” ujar Agus Darmadi, Ketua Karang Taruna Desa Karangrejek, Jumat (9/5/2014).

Ia juga menyatakan bahwa Desa Karangrejek dan Gunungkidul pada umumnya merupakan gudang para seniman budaya lokal. Sehingga pementasan kethoprak yang melibatkan  para seniman dari seluruh kecamatan di Gunungkidul ini dianggapnya sebagai sarana menyalurkan ekspresi seni tradisional.

“Kita lihat saja, berapa jumlah seniman di Gunungkidul. Jampi Puyeng sudah sangat terkenal. Kemudian dalang Gunungkidul juga banyak. Di Desa Karangrejek sendiri, jumlah dalang yang tergolong masih muda ada 7 orang,” lanjutnya.

Wening Susila, pemimpin produksi Kethoprak Jampi Puyeng dan Forum Kethoprak Gunungkidul menambahkan, bahwa para pemain yang berperan aktif dalam dunia kethoprak di Gunungkidul rata-rata masih muda. Sehingga dengan adanya event yang sering digelar merupakan bentuk pendadaran bagi generasi muda agar pementasan menjadi lebih matang.

“Teman-teman di forum kethoprak umurnya rata-rata masih di bawah 40 tahun. Jadi, saya harap nanti akan semakin sering diadakan pementasan kethoprak karena jiwa yang masih muda pula,” kata Wening.

Sementara, Agus Amrullah Kepala Seksi Rekayasa Budaya Dinas Kebudayaan DIY, yang berkesempatan hadir di Balai Desa Karangrejek mengungkapkan, pagelaran kethoprak pendapan yang digelar hingga 6 kali di tiap kabupaten, kota, dan provinsi ini dibiayai oleh Dana Keistimewaan Yogyakarta (Danais).

Karena, lanjut Agus Amrullah pagelaran kethoprak pendapan kali ini bukan sekedar memberikan hiburan pada masyarakat saja, tetapi memang dicanangkan dalam rangka usaha pelestarian budaya serta pengembangan apliklasi nilai-nilai budaya luhur di masyarakat.

“Kegiatan ini masuk dalam pembiayaan keistimewaan Yogyakarta. Jadi, Dinas Kebudayaan  tinggal memfasilitasi saja. Nanti kita akan programkan agar Danais bisa lebih menyentuh pada masyarakat bawah, khususnya dalam usaha pelestarian seni dan budaya,” katanya.

 

\r\n

Penulis: Sumaryanto. Editor: Jjwidiasta.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar