WONOSARI, (KH) — Pilkada tinggal menghitung hari, 9 Desember nanti masyarakat Gunungkidul akan menentukan siapa yang akan menjadi orang nomor satu di kota gaplek ini. Sebagai calon pemimpin, mereka memiliki program yang ditawarkan kepada masyarakat untuk membawa Gunungkidul menjadi lebih baik.
Sebagaimana yang tercantum dalam RPJP Kabupaten Gunungkidul 2005-2025, di mana visi Kabupaten Gunungkidul menjadi kabupaten yang berdaya saing, maju, mandiri dan sejahtera, maka ke-empat pasangan calon masing-masing memiliki cara tersendiri yang dirangkum ke dalam visi misi calon bupati.
Cara tersebut disampaikan lebih tajam lagi oleh masing-masing calon saat digelarnya debat Cabup Cawabup di gedung DPRD beberapa waktu lalu, tepatnya Selasa (1/12/2015). Mereka akan menempuh dengan cara masing-masing yang cenderung berbeda satu sama lain sesuai program unggulan yang diusung.
Seperti yang disampaikan pasangan No 2 Benyamin-Mustangid, menuju Gunungkidul berdaya saing, maju, mandiri dan sejahtera akan ditempuh dengan program yang berslogan dalan ombo banyu roto. Menurut Benyamin, pembangunan infrastruktur (jalan) menjadi aspek perhatian penting, jalan dimaksud tidak selalu jalan dalam arti bangunan fisik.
“Kemudian juga jalan yang ada, dalam arti bangunan penghubung perlu adanya pengembangan, seperti JJLS yang sekarang tidak berjalan dengan baik, selain itu akses pariwisata yang selalu macet, jika berpapasan sering ngantri, dan juga jalan poros desa belum terselesaikan dengan baik,”. Ulasnya.
Dijelaskan, mensejahterakan masyarakat tidak lepas dari pembangunan jalan sebagai penghubung yang mudah, baik dari propinsi ke kabupaten atau jalan antar wilayah, makna dalan ombo juga dapat diartikan membuka seluas-luasnya kepada investor untuk masuk ke Gunungkidul.
Investor akan ikut membangun kabupaten, dengan begitu akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Kemudian menyinggung salah satu persoalan utama Gunungkidul mengenai pemenuhan air, berangkat dari slogan banyu roto, akan dibanghun infrastruktur guna pemenuhan air minum dan irigasi pertanian. Banyu roto juga berarti konsep pemerataan kesejahteraan tidak hanya berpusat pada titik tertentu saja, tempat wisata dan kota, tetapi dapat merata ke masyarakat dengan dukungan infrastruktur jalan dan sarana air yang baik.
Apa yang diungkapkan Pasangan No 3, Djangkung-Endah sangat berbeda, untuk meraih visi RPJP Gunungkidul maka harus memperhatikan pertanian, salah satu program utama yaitu one village one product, program dimana setiap desa memiliki satu produk unggulan, dan untuk tahun pertama adalah penanaman jagung.
“Jagung relatif lebih mudah dikembangkan masyarakat petani Gunungkidul, dari jagung akan diolah menjadi bio etanol atau penyusun bahan bakar minyak (BBM) yang harganya sudah ada standar dari pemerintah dan diterima oleh pertamina sehingga tanaman jagung manghasilkan tiga keuntungan sekaligus,” jelasnya.
Pertama, ungkap Dia, mengenai harga jagung, dengan langkah pengendalian harga melalui Perda atau Perbup bahwa harga hasil pertanian khususnya tahun pertama adalah jagung yaitu paling rendah 25% diatas harga produksi. Pasti untung, karena dibeli oleh unit-unit usaha pemerintah.
Yang kedua, batangnya, juga akan dibeli unit usaha pemerintah juga, apakah Koperasi, BUMDes atau Perusda, kemudian akan dijadikan silase atau pakan ternak, hal ini bertujuan akan mengatasi kelangkaan pakan ternak dimusim kemarau.
Seperti biasa dijumpai, Djangkung mencontohkan, jual kalung/ perhiasan, jaul kambing buat beli pakan ternak sapi, dan seterusnya karena benar-benar sulitnya pakan ternak saat kemarau. Jika permasalahan pakan bisa diatasi maka dengan banyaknya ternak yang dipertahankan, menjadi keuntungan ke tiga, sebab akan menghasilkan banyak kotoran ternak karena laku dijual juga.
“Akan didirikan pabrik bio vertilizer atau pupuk organik, yang secara bertahap sebagai pengganti atau substitusi dari pupuk kimia yang pengguaannya selama ini belum tepat, sehingga sahabat Djangkung menanam jagung pasti untung,” tandasnya.
Berbeda dengan dua Paslon sebelumnya, Paslon No 4 Bardi-Wahyu mengutarakan kaitan program unggulan dengan visi RPJP Gunungkidul akan dimulai dari pendidikan. Paparan Bardi, pendidikan erat kaitannya dengan pengentasan kemiskinan.
Perhatian diberikan kepada masyarakat ekonomi lemah, dimana jenjang pendidikan yang ditempuh biasanya hanya sampai tingkat SMP, maka subsidi dari pemerintah penting bagi mereka untuk bisa mengenyam dunia pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Sehingga mereka dapat sejajar dengan anak-anak yang lebih mampu, lalu akan memudahkan masuk didunia kerja khususnya di Gunungkidul dengan penyediaan lapangan kerja melalui optimalisasi kepariwisataan, atau yang lain,” jawab Bardi. Memberi sedikit penjelasan di awal lantas Bardi mempersilahkan kepada pasangannya untuk melanjutkan.
Wahyu yakin, untuk Gunungkidul maju berdaya saing dan sejahtera tentu yang harus dibangun adalah SDMnya, baik soft skill maupun hard skill, dari SDM itulah nanti yang akan mengembangkan potensi-potensi yang ada di Gunungkidul.
“Contoh, jika petani memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya, maka bisa dijadikan mesin penggerak ekonomi, contoh teknis misalnya terjadi kelangkaan pupuk maka dengan SDM yang dimiliki akan dapat mencari solusi serta menjaga distribusi pupuk dengan baik begitu juga stabilitas harganya,” jelasnya.
Ditambahkan, contoh lain, dengan SDM yang baik maka petani dapat mengembangkan produktifitas petani yang tadinya sebatas lingkup lokal bisa naik ketingkat nasional bahkan internasional. Lagi-lagi dicontohkan, petani dapat mengembangkan wijen, dimana wijen, ucapnya yakin, dapat diekspor dengan harga berkisar antara Rp 150 juta kotor dalam waktu tiga sampai empat bulan.
Maka, lanjut Wahyu, pengembangan pendidikan dari jenjang SD hingga perguruan tinggi akan dilaksanakan dengan baik, misalnya dengan pengelolaan beasiswa secara terpadu terutama bagi mereka yang kurang mampu sehingga mendapat kesempatan menempuh hingga ke jenjang SMA atau Perguruan tinggi.
Mendapat giliran terakhir memaparkan penajaman visi terkait RPJP Gunungkidul, pasangan No 1 Badingah-Immawan, meletakkan potensi terbesar dan siap dijual adalah pariwisata. Sebut Badingah, karena dengan pariwisata alam dan budaya, mampu menarik perhatian yang sangat besar bahkan terkenal hingga lingkup internasional, dirinya mengaku sudah mempunyai Ripparda yakni rencana induk pengembangan pariwisata daerah.
“Zona-zona tetentu sudah kita petakan, kemudian juga desa-desa wisata yang tumbuh kenyatannya membawa perubahan yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat yang ada di desa terutama pemudanya. Dahulu mereka banyak yang melakukan urbanisasi sekarang kembali lalu bekerja disektor pariwisata,” papar Badingah.
Lebih lanjut dijelaskan, pariwisata memiliki multiplyer effect yang sangat luar biasa terhadap perkembangan ekonomi di Gunungkidul. Immawan melanjutkan, majunya pariwisata tidak datang begitu saja, tetapi paling tidak ada tiga kontribusi besar, pertama, hal ini merupakan anugrah Tuhan yaitu berupa alam yang luar biasa indahnya, yang kedua, adalah mengenai cara kerja, semangat kerja, dan guyub rukun masyarakat Gunungkidul sehingga menciptakan suatu kondisi yang sangat kondusif untuk kerja apapun didalam konteks pembangunan.
“Itu merupakan modal yang sangat luar biasa, sedang ketiga adalah kerja intelektual birokratik yang kemudian membuat regulasi-regulasi, lalu memberikan peran kepada masyarakat yang memiliki semangat kerja guyub rukun tadi, diberikan ruang yang besar berupa pemanfaatan alam yang luar biasa dipedesaan, sehingga desa wisata bukan retorika,” bebernya.
Masih menyambung peran birokrasi, kata Immawan, kebijakan yang baik adalah kebijaklan yang mengatasi problem yang ada. Saat ini, anak-anak muda mulai surut pergi merantau karena di Gunungkidul banyak uang yang bisa diperoleh, kemudian juga banyak peluang yang bisa dikembangkan dari industri pariwisata. (Kandar)