Sejumlah langkah antisipasi, lanjut Hariyanto, sudah dilakukan pihak kepolisian, meliputi pemasangan rambu-rambu serta penunjuk jalan.
Hariyanto menduga, terjadinya kecelakaan di jalur alternatif lebih banyak disebabkan sikap pengendara yang terburu-buru, sehingga kurang mengutamakan kehati-hatian, yang selanjutnya menimbulkan kecelakaan.
“Seluruh upaya telah kita lakukan, jadi, tinggal dari pihak pengendara, apakah bisa mengatur diri untuk mematuhi rambu lalu lintas, mengatur emosi, dan mengendalikan kendaraan,” jelasnya.
Untuk ke depan, ia menambahhkan, kondisi yang ada selama Ops Ketupat Progo 2015 menjadi evaluasi bagi Polres Gunungkidul. Meski angka kecelakaan menurun, pihaknya harus tetap melakukan sejumlah antisipasi yang lebih kuat lagi, pada gelaran Ops Ketupat Progo 2016.
Panit Humas Polres Gunungkidul, Iptu Ngadino menyebutkan, dibandingkan 2014, jumlah angka kecelakaan mengalami penurunan. Apabila pada 2014 terdapat 23 kecelakaan, dengan korban Meninggal Dunia (MD) sebanyak satu orang, luka berat tiga orang, luka ringan 30 orang, dan dengan total kerugian material Rp10.750.000, Pada 2015 ada 22 kecelakaan, dengan korban MD satu orang, luka ringan sebanyak 31 orang dan tidak ada korban dengan luka berat.
“Dari 22 kejadian kecelakaan lalu lintas, 16 di antaranya terjadi di jalur non mudik (alternatif), enam lainnya di jalur mudik (utama). Faktor ‘human error’, misalnya kurang hati-hati,” imbuhnya. (Andri)