GUNUNGKIDUL, (KH),– Batu berwujud Yoni telah diketahui warga sejak lama ada di Padukuhan Munggur Wetan, Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. Tepatnya di alas atau ladang Jambu Lumpang.
Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY, setelah mendengar informasi keberadaan batu, kemudian melakukan penelusuran benda yang diyakini sebagai benda cagar budaya tersebut.
Setelah melihat langsung, Rabu (27/7/2022) siang, Ketua TACB, Disbud DIY, Andi Riana dan anggota tim memastikan bahwa benda tersebut merupakan peninggalan peradaban masa Hindu.
Sebanyak 5 orang dari TACB saat meninjau batu yang menyerupai kubus dan berlubang di bagian tengah itu juga mengukur dimensi batu. Yoni tersebut memiliki tinggi 40 cm. Alas Yoni memiliki lebar 56 x 56 cm.
“Kami belum bisa memastikan apakah sudah terinventarisir atau belum. Nanti dicek di Badan Pelestari Cagar Budaya (BPCB) dulu. Kalau pada batu belum ada kode inventarisir, apakah memang belum masuk datanya atau nomor kodenya sudah hilang,” tutur Riana.
Riana menjelasksan, umumnya Yoni juga dilengkapi Lingga. Keduanya merupakan paduan. Yoni simbol Parvati, sementara Lingga menyimbolkan Siwa. Pembuatan candi itu sedianya digunakan untuk pemujaan Dewa siwa. Bagi kepercayaan Hindu, Lingga dan Yoni juga merupakan lambang kesuburan. Lingga Yoni berasal dari abad 9 Masehi.
“Tetapi saat ini yang ada di sini tinggal Yoni saja. Selain itu ditemukan juga dua batu bertakik,” imbuh Riana.
Mengenai tindak lanjut atas keberadaan batu tersebut, pihaknya akan menunggu pihak BPCB melakukan kajian mendalam. Termasuk apabila nanti akan dilakukan ekskavasi atau tidak, kewenangannya ada di BPCB.
Warga setempat yang merawat batu, Sukirno menyebutkan, batu telah ada sejak lama. Saat dia kecil bahkan masih komplit, baik Lingga maupun Yoni.
“Dulu ada yang ambil Lingga-nya. Saat itu saya masih kecil. Kemudian saya tergerak menjaga dan merawatnya,” kata Sukirno.
Sukirno berkisah, dulu dia dicari temannya. Teman Sukirno itu menyebut ada yang mau membeli batu Yoni senilai Rp5 miliar.
“Saya langsung mengingatkannya, jangan sampai punya pikiran untuk menjualnya. Bahkan teman itu saya ‘mandikan’ (red: ritual supaya sadar/ingat),” timpal Sukirno.
Dia pun menegaskan, bahwa batu Yoni itu bukan sembarang batu. Batu itu merupakan warisan leluhur yang patut dirawat dan lestarikan. (Kandar)