Menurutnya, setiap elemen di Gunungkidul semakin memiliki empati dan tidak memandang diskriminatif keberadaan kaum disabilitas. Salah satu bukti mengenai hal itu yakni telah dilibatkannya warga disabilitas dalam kegiatan Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan (Musrenbang).
“Dari 144 desa, paling tidak sudah ada separuh yang melibatkan kami mengikuti Musrenbang,” terangnya disela menunggu giliran melakukan start kirab.
Sebanyak 50-an anggota perwakilan FKDG dari beberapa kecamatan menggunakan beberapa tipe kendaraan sebagai sarana untuk tampil berkeliling bersama rombongan peserta pawai lainnya.
Ditanya lebih jauh, komunitasnya saat ini sedang melakukan pembaharuan data penyandang disabilitas. Risma menyebut, sebelumnya keanggotaan yang tergabung berdasar lima kriteria saja, sedangkan undang-undang yang baru menyebutkan ada 15 kriteria disabilitas.
“Sepertinya keanggotaan kami akan bertambah semakin banyak apabila berdasar acuan yang baru tersebut,” imbuh dia.
Pihaknya menganggap pemerintah telah berkontribusi terhadap pemberdayaan penyandang disabilitas. Saat ini telah ada pusat pemberdayaan disabilitas di Kecamatan Nglipar. Dia berkeinginan muncul pusat-pusat pemberdayaan baru di lain kecamatan sesuai dengan potensi yang dimiliki warga disabilitas di masing-masing wilayah.
“Beberapa kegiatan ekonomi yang telah berjalan seperti di Wonosari berupa pembuatan produk aneka olahan makanan, Nglipar ada meubel, di Karangmojo membuat produk blangkon, produk tenun dibuat teman-teman dari Ngawen, dan masih banyak lagi,” papar Risma.
Dalam kegiatan keikutsertaan kirab HUT Gunungkidul kali ini mereka memiliki tema “Turut berbahagia atas hari jadi Gunungkidul ke 186, siap berperan serta dalam pembangunan di segala bidang”. (Kandar)