Dengan mengambil tema Gumbregah atau Bangkit, Badingah mengajak seluruh masyarakat dapat bekerja sama membangun Gunungkidul dengan potensi dan kearifan lokal yang ada.
“Kita satukan tekad membangun Gunungkidul dengan potensi dan kearifan lokal dalam menyongsong era globalisasi yang kian maju dan berkembang,”katanya.
Gumbregah atau bangkitnya masyarakat Gunungkidul dapat dilaksankan dengan bahu membahu berkarya, didorong dengan pemerintah yang bijaksana, mampu mengolah segala macam potensi hingga menimbulkan manfaat yang besar bagi masyarakat Gunungkidul.
Sementara Sekda Daerah Istimewa Yogyakarta, Ichsanuri dalam sambutannya mengatakan, Gunungkidul selama ini dikenal dengan tradisi kebersamaan dan gotong royong yang masih melekat. Hal tersebut agar senantiasa diamalkan dan manjadi modal utama dalam pembangunan.
Dia menambahkan, adanya otonomi daerah menjadi pertanda bergantinya paradigma pembangunan di Indonesia. Ini akan membuka jalan membentuk pemerintah yang baik (good governance).
“Dengan alasan itu Pemkab Gunungkidul dituntut agar dapat meningkatkan profesionalisme aparatnya dengan strategi yang benar,” tambahnya.
Upacara peringatan HUT Gunungkidul ke 184 nampak berbeda, sebab seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) peserta upacara seluruhnya mengenakan pakaian adat jawa.
Dalam rangkaian upacara dilakukan penyerahan gunungan dari 18 camat di Gunungkiduil. Gunungan diserahkan sebagai bentuk “Pasok Glondong Pengarem-Arem” pada Bupati.
Penyerahan dilakukan simbolik dari Ketua paguyuban Camat Gunungkidul Iswandoyo yang juga merupakan Camat Wonosari. Selanjutnya gunungan diperebutkan oleh masyarakat. Gunungan yang berisi hasil pertanian ludes diperebutkan warga hanya dalam waktu 30 menit. (Juju)