Harga Cabai Melambung, Bidang Ketahanan Pangan Ajak Optimalkan Program KRPL

oleh -5280 Dilihat
oleh
Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Fajar Ridwan Sp Msi . KH/ Kandar
Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Fajar Ridwan Sp Msi . KH/ Kandar

WONOSARI, (KH)— Menyikapi melambungnya beberapa komoditas kebutuhan sayuran akhir-akhir ini, Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul serius mengajak masyarakat untuk lebih giat mengoptimalkan lahan pekarangan.

Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Fajar Ridwan Sp Msi mengatakan, program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) menjadi salah satu upaya yang bertujuan untuk memanfaatkan pekarangan lebih optimal.

Fokus pemanfaatan pekarangan salah satu tujuannya untuk mendekatkan bahan pangan ke rumah tangga. “Ibaratnya meski hanya sejengkal tanah pun kalau bisa dimanfaatkan,” ujar Fajar, Jum’at, (7/1/2016).

Program tersebut akan sangat bermanfaat apabila menemui fenomena melambungnya harga beberapa komoditas kebutuhan pangan, seperti sayuran, tepatnya cabai. Pihaknya mengakui dana stimulan dari program KRPL yang bersumber dari APBN masih sangat terbatas.

Dari program yang sudah dijalankan selama ini sejak tahun 2010 baru menyasar sekitar 70-an kelompok. Setiap realisasi pelaksanaan program dalam setiap tahunnya memiliki nilai dan jumlah sasaran yang berbeda.

Seperti dicontohkan pada tahun 2016 lalu, program menyasar 20 kelompok dengan nilai masing-masing sebanyak Rp. 15 juta. fasilitasi meliputi  penyuluhan yang mencakup perubahan perilaku dan sikap serta ketrampilan.

“Isinya ada kegiatan sekolah lapang. Kegiatannya mengenai pemanfaatan pekarangan dengan penanaman sayur dan buah, untuk ternak kecil, perikanan, tanaman obat dan umbi-umbian meliputi pangan lokal seperti tales, ganyong, dan garut,” paparnya.

Keberhasilan yang diinginkan, sebut Fajar, ibarat ‘tetesan minyak’. Kelompok yang menjadi sasaran dapat menularkan program kegiatan yang dijalankan atau direplikasi ke wilayah sekelilingnya. Tetapi kenyataannya, tidak lebih dari 50 persen dari kelompok sasaran yang benar-benar berhasil.

“Sebenarnya ironis juga, mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai petani tetapi untuk memenuhi konsumsi sayuran atau katakanlah kebutuhan cabai saja harus beli,” timpal Fajar. Menurutnya, masyarakat petani saat ini harus kreatif, karena jika mengandalkan program bantuan atau stimulan dari pemerintah kecil kemungkinan dapat merata karena terbentur jumlah anggaran yang terbatas.

“Alangkah lebih baik, masing-masing pemdes memiliki program yang bisa digabung diluar program fisik,” tambah Fajar lagi. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar