GUNUNGKIDUL, (KH),– Gerakan Pemuda (GP) Ansor pimpinan cabang Kabupaten Gunungkidul menyelenggarakan Konferensi Cabang (Konfercab) X, Minggu, (14/1/2018) bertempat di SMK Pembangunan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.
Disampaikan Ketua Panitia Konfercab, Sidig Triyono, S.Pd.I., konfercab merupakan forum pertanggungjawaban Pimpinan Cabang Ansor masa khidmat 2013-2017. Setidaknya 300 peserta hadir pada konferensi tersebut. Peserta meliputi utusan Pimpinan Anak Cabang se Gunungkidul, Pimpinan Ranting (Desa) se Gunungkidul.
Konfercab juga dihadiri oleh Pimpinan Pusat GP Ansor, PW Ansor DIY, seluruh pengurus PC Ansor Gunungkidul, Para Kyai dan Pimpinan pondok pesantren berbasis NU, PCNU Gunungkidul, Forkompinda dan Wakil Bupati Dr. Imawan Wahyudi.
“Kami juuga mengundang organisasi kepemudaan seperti KNPI, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Kristen, Pemuda Khatolik, Pemuda Hindu, dan Pemuda Budha,” terang Sidig.
Pada kegiatan yang bertema ‘Meneguhkan Semangat Kelahiran Nahdlatul Ulama, Untuk Indonesia Yang BerBhineka’, PC GP Ansor Gunungkidul menyampaikan beberapa usulan kepada pemerintah daerah. Usulan tersebut diantaranya penataan dan pengelolaan sumber daya alam, pariwisata serta persoalan pendidikan.
“Kami juga sampaikan ke Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga agar kesejahteraan GTT/PTT dapat ditingkatkan baik di sekolah negeri maupun swasta,” lanjut Sidig.
Dalam kesempatan tersebut, sebagaimana ditegaskan Sidig, PC Ansor Gunungkidul akan terus mengawal untuk tetap menolak Full day School. Pihaknya juga meminta agar pendidikan Budi Pekerti dan Wawasan Kebangsaan dapat diterapkan di sekolah-sekolah sebagai penguatan Cinta Tanah air (Hubul Wathon).
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi ketika membacakan sambutan bupati berharap Ansor Gunungkidul dapat menjadi bagian pelopor dan motor gerakan pembangunan dalam balutan kebhinekaan di bumi Handayani.
Pihaknya tidak menampik adanya situasi yang berpotensi mengancam persaudaraan kebangsaan yang ditimbulkan dari perasaan ketidakadilan di masa lalu dan perkembangan baru dari pesatnya teknologi informasi serta pengaruh dari dunia luar.
“Sikap intoleran, ujaran kebencian, dan fitnah adalah cermin dari defisitnya rasa saling percaya diantara sesama anak bangsa,” tandas Immawan.
Terlebih, lanjutnya, wilayah Gunungkidul memiliki masyarakat yang majemuk. Sehingga menurut Immawan, sangatlah penting untuk membangun tidak dalam aspek lahiriyah saja, akan tetapi aspek spiritualitas dan moralitas juga merupakan hal yang tidak kalah penting. (Kandar)