WONOSARI, (KH)— Fogging ternyata bukanlah sebuah cara yang paling efektif untuk memberantas wabah Demam Berdarah Dangeu (DBD). Selama masyarakat masih beranggapan fogging adalah solusi tepat membasmi DBD maka permasalahan DBD tak akan pernah usai.
Hal ini seperti diungkapkan oleh Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, Suharyanto, SKM, saat menanggapi banyaknya kasus DBD yang terjadi di Gunungkidul.
Berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Gunungkidul penderita DBD hingga pertengahan tahun 2016 ini cukup tinggi. Sejak awal tahun hingga bulan Agustus 2016 telah tercatat ada 753 penderita DBD dan beberapa diantaranya meninggal dunia.
“Yang paling efektif adalah gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Kita harus arahkan masyarakat untuk ber-PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Maka jangan foging yang dijadikan andalan,” jelasnya, Rabu (17/8/2016).
Menurut Suharyanto fogging tidak akan efektif dan tidak akan menyelesaikan masalah karena foging sifatnya memberantas nyamuk dewasa, sementara jentik-jentik nyamuk tetap akan hidup.
Selain itu masyarakat juga diharapkan menerapkan perilaku hidup sehat dengan menerapkan pola 3M, yaitu menutup bak penampungan air, mengubur barang bekas, dan menguras bak penampungan air.
“Tolong masyarakat merubah mind set tentang foging. Masyarakat harus memahami cara efektif berantas nyamuk dengan 3M Plus. Maksudnya 3M ditambah dengan menabur ikan pemakan jentik, menghindari gigitan nyamuk dengan memakai rapilan, serta perlindungan tidur siang dengan kelambu,” lanjutnya.
Barang bekas seperti kaleng, botol, dan mainan anak di lingkungan sekitar rumah dianggap Suharyanto sebagai salah satu tempat bagi nyamuk untuk berkembang biak. Hal-hal sederhana seperti ini harus mendapat perhatian masyarakat agar selamanya tidak menggantungkan foging sebagai satu-satunya cara yang efektif memberantas DBD. (S. Yanto)