GUNUNGKIDUL, (KH),– Anak berinisial DS (3) yang suka merokok akan mendapat pendampingan dari Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Gunungkidul. Tak hanya Dinsos P3A, Dinas Kesehatan (Dinkes) juga turut terlibat melakukan penanganan.
Kepala Dinas Sosial P3A Asty Wijayanti menyampaikan kunjungan ke rumah DS dan observasi awal telah dilakukan. Melalui koordinasi dengan Dinkes, DS telah dibawa ke RSUD Wonosari dengan dampingan orang tua pada Rabu, (23/3/2022).
“Dampingan diantaranya berupa edukasi ke orang tua agar mampu menangani kebiasaan anak yang suka meminta rokok,” kata Asty.
Bersamaan dengan itu, fasilitas kesehatan, mulai dari Puskesmas Ponjong hingga RSUD juga melakukan serangkaian tindakan.
Psikiater RSUD Wonosari, dr. Ida Rochmawati, Sp. Kj., menyampaikan kewenangan penanganan secara kewilayahan dipegang Puskesmas Ponjong, sementara RSUD sebagai penyedia tim ahli.
“Saya melakukan pemeriksaan kepada anak tersebut guna mengidentifikasi apa faktor-faktor yang mendasarinya. Apakah faktor fisik atau psikologi,” kata Ida didampingi Kabid Pelayanan RSUD Wonosari, dr Heni, Rabu, (23/3/2022).
Ida mengutarakan RSUD telah membentuk tim yang terdiri dari psikiater, psikolog dan ahli gizi.
Pada tahap awal tindakan, pihaknya meminta keterangan kepada kedua orang tua mengenai kronologi yang membuat anak diduga kecanduan rokok.
“Karena harus dilihat secara holistik. Kami juga libatkan dokter spesialis anak guna assesment lebih lanjut,” ungkapnya.
Tak hanya itu saja, telaah lebih jauh juga ditempuh dengan pemeriksaan laboratorium berikut rontgen. Pihaknya mengaku memiliki diagnosa tertentu, tetapi sejauh ini dinilai belum tegak sehingga masih menunggu semua proses pemeriksaan selesai.
“Jika semua proses dilewati termasuk ada hasil laborat dan rontgen yang menunjang kami akan menentukan langkah-langkah penanganan selanjutnya,” imbuh Ida.
Seandainya saja, sambungnya, terindikasi ada faktor penyebab yang berkaitan dengan fisik, maka akan dilakukan penanganan medis pada aspek fisik. Namun, jika ada faktor berkaitan dengan psikologi maka akan dikelola secara keseluruhan, termasuk kemungkinan melibatkan pihak lain jika diperlukan tindakan seperti terapi perilaku.
“Tidak spesifik pada kasus tersebut, secara umum anak memang merupakan great imitator atau peniru yang baik, bisa meniru perilaku orang tua lingkungan dan lain-lain. Tetapi tetap harus ditelaah lebih jauh kenapa hal itu terjadi. Sebab, ada juga dugaan kelainan lain, seperti Pica disorder yakni anak mengkonsumsi sesuatu yang tak lazim, seperti sabun, pasir, dan lain-lain,” papar Ida.
Secara umum pula, adanya kemungkinan gangguan perilaku. Sehingga orang tua memberikan apa yang diinginkan anak dengan tujuan agar emosionalnya tidak lebih agresif.
Berkaca kasus anak di Ponjong, pihaknya mengajak orang tua dan lingkungan untuk instropeksi, apakah ada sikap dan perilaku negatif yang berpotensi ditiru oleh anak. Menurutnya, orang tua dan lingkungan punya tanggungjawab besar pada tumbuh kembang anak.
Sebagaimana diketahui, bocah 3 tahun anak pasangan Dwi dan Lisda warga Dusun Turi, Kalurahan Sidorejo, Ponjong, Gunungkidul, DIY punya kebiasaan merokok sejak 3 bulan lalu. Saat minta rokok ke orang tua, anak tersebut mengamuk apabila tak dituruti. (Kandar)