Kenyataannya, hingga saat ini tak ada anggota kelompok tani, maupun warga di kawasan penghasil jambu mete yang mengolah buah jambu menjadi produk alternatif. Disaat awal berbuah, biasanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, namun lama-lama hewan ternak bosan. Lantas buah jambu mete kembali terabaikan.
Muhadi menilai, keengganan tersebut berkaitan erat dengan SDM petani. Disamping itu, dibutuhkannya bahan-bahan lain yang tidak familier saat mengolah buah jamu mete menjadi alasan tersendiri.
“Itukan pakai pengawet makanan juga,” timpal dia. Sepertinya, pemilik pohon jambu juga tak berani mengambil risiko mencoba peluang pasar, apakah olahannya akan laku atau tidak. (Kandar)