WONOSARI, (KH)— Keberadaan orang tua memiliki peran penting terhadap kelangsungan dan proses pendidikan anak-anaknya. Setiap orang tua pasti setuju bahwa dalam mengasuh dan mendampingi anak disetiap tahapan umur atau jenjang pendidikan harus berhasil.
Begitu besarnya peran orang tua, bahkan kehadirannya dinilai sangat dominan dibanding faktor lain penunjang keberhasilan dan prestasi belajar anak. Tak hanya itu, dalam menjalankan peran dan fungsinya tersebut, orang tua juga wajib mendidik anak dalam hal budi pekerti.
Setidaknya, contoh upaya pengasuhan tersebut digambarkan oleh Tumiyah kepada anaknya, Wardaniawan, yang tak lain merupakan peraih nilai UN tertinggi ke dua di Gunungkidul tahun pelajaran 2015/2016 dari SMA N 1 Wonosari jurusan IPA.
Saat ditemui terkait prestasinya itu, Wardaniawan mengaku, cara belajar yang ia lakukan hampir sama dengan pelajar pada umumnya, bahkan intensitasnya tidak terlalu sering. Ia mengaku, keseriusan saat menerima pelajaran di sekolah lebih penting dari pada saat belajar di rumah.
“Memang hampir tiap malam belajar tetapi tidak terlalu lama, menurut saya paling penting itu saat guru menyampaikan materi di sekolah. Ketika materi pelajaran itu dapat terserap dengan baik, pengulangan di rumah sekadarnya saja,” ungkapnya beberapa waktu lalu.
Dukungan orang tua terutama ibu diakui menjadi faktor lain yang berpengaruh besar dalam keberhasilannya meraih nilai tersebut. Ibu, kata dia, selalu memberikan perhatian, baik berupa pengawasan dan dukungan.
Dalam waktu yang sama, Tumiyah, ibu kandung Wardaniawan menuturkan, disela kesibukannya berjualan nasi, Ia selalu berusaha memberikan perhatian penuh kepada anaknya. Ia menilai perhatian tak hanya berdampak pada semangat belajar anaknya, tetapi, ia lebih berharap agar anaknya tidak terjerumus ke hal-hal negatif, perkelahian, miras, sex bebas dan penyimpangan remaja lainnya yang marak akhir-akhir ini terjadi.
“Kalau belajar malam tidak bersama-sama temannya, saya berusaha selalu menemani, sering saya sampai ketiduran menemainya belajar,” kata Tumiyah. Menurutnya, dengan begitu anak merasa mendapat perhatian dan kasih sayang, diyakini hal tersebut dapat membentuk karakter yang serupa.
Sehingga, sambung ibu dua anak ini, anak tak melakukan hal-hal menyimpang sebagai bentuk ekspresi mencari perhatian di dunia luar, yang terkadang menjerumuskan dirinya kepada perilaku negatif, disebabkan adanya dukungan pergaulan dan lingkungan yang salah.
Sebagai ibu, ia sangat menginginkan anaknya berhasil meraih prestasi belajar, tetapi lebih utamanya memiliki kepribadian yang baik pula. Sehingga ia tak henti dan selalu mengingatkan anaknya mengenai kapan waktu belajar, beribadah, dan berada di rumah untuk istirahat, termasuk pula ketika mau berpergian kemana dan dengan siapa.
Ia berpendapat, apapun profesi seorang ibu bukan menjadi alasan untuk tidak memberi perhatian kepada anaknya. Dengan kata lain, ia melanjutkan, dalam kondisi apapun orang tua terutama ibu harus menunjukkan perhatian kepada anaknya.
Meskipun misalnya orang tua merasa gagal karena karir dan profesinya sendiri tidak sesuai harapan, tetapi jangan sampai menyesal ke-dua kalinya karena gagal dalam mendidik anak. Parenting atau mendidik anak, ia tegaskan harus berhasil.
Benar adanya, waktu untuk memberikan parenting kepada anak tidak bisa diulangi, Ibarat ungkapan, tidak akan bisa menyentuh air sungai yang sama untuk kedua kalinya,
“Seandainya saya selaku orang tua dikatakan gagal dalam masa depan tidak apa-apa, tetapi hukumnya wajib bagi saya berhasil mendidik anak. Kepada kedua anak saya, sejak kecil saya terapkan pengawasan dan perhatian demikian, karena hal ini tidak bisa diulangi,” tandas dia.
Ia berpendapat, semestinya semua orang tua dengan alasan apapun tidak abai dalam memperhatikan anaknya, karena kesempatan mendidik anak hanya ada sekali, ketika gagal hilanglah kesempatan. (Kandar)