GUNUNGKIDUL, (KH),– Menurut para ahli kesehatan jiwa, bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa beresiko tinggi melakukan upaya bunuh diri hingga 10 kali lipat dibandingkan dengan orang dengan kondisi jiwa yang sehat.
Sebagaimana diketahui, gangguan kesehatan jiwa, utamanya depresi menjadi faktor yang kerap muncul dari serangkaian kejadian setiap tahunnya. Berdasar data Polres Gunungkidul, selama tiga tahun terakhir (2015-2017) dugaan penyebab bunuh diri akibat depresi mencapai 43%, sakit fisik menahun 26%, sakit/gangguan jiwa 6%, masalah ekonomi 5 % dan masalah keluarga 4%.
Adapun angka bunuh diri di Gunungkidul di tahun 2015 terdapat 31 kejadian dan 2 percobaan bunuh diri, tahun 2016 ada 30 peristiwa bunuh diri dan 3 kali percobaan. Sedangkan di tahun 2017 ada 30 orang bunuh diri dan terdapat 4 kejadian percobaan bunuh diri. Para pelaku yang melakukan percobaan hingga saat ini masih hidup. Lantas di tahun 2018ini sudah ada 6 peristiwa bunuh diri dan 1 percobaan bunuh diri.
Menyikapi tingginya angka bunuh diri tersebut, Polres Gunungkidul melakukan serangkaian upaya untuk meminimalisir peristiwa bunuh diri. Diantaranya dengan cara mengedepankan Bhabinkamtibmas dan Unit Binmas dengan menggandeng tokoh spiritual (agama), tokoh masyarakat, budaya dan psikiater.
Selain mengedepankan terobosan pendekatan terhadap orang yang beresiko bunuh diri, Sat Binmas Polres Gunungkidul juga melakukan himbauan melalui Radio Swara Dhaksinarga di Wonosari Gunungkidul. Masyarakat dapat mendengarkan himbauan dan sosialisasi pencegahan tersebut di frekuensi 89,9 FM.
“Harapannya himbauan tersebut bisa didengar warga masyarakat pedesaan kemudian menurunkan resiko bunuh diri,” harap Kasubaghumas Polres Gunungkidul, Iptu Ngadino, Rabu, (14/2/2018).
Dilain kesempatan, Kapolres Gunungkidul AKBP Ahmad Fuady, SH, SIK, MH, melalui programnya subuh berjamaah, mengajak jamaah sholat subuh untuk menyebarluaskan pemahaman kepada warga masyarakat utamanya yang beresiko bunuh diri agar tidak melakukan tindakan yang dilarang agama. (Kandar)