Berawal Kebetulan, Kerajinan Batok Kelapa Laku di Berbagai Kota Hingga Luar Negeri

kerajinan batok kelapa
Joko Priyono dan Istrinya Nanik pengrajin batok kelapa. (KH/ Kandar)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Aspek pemasaran menjadi tahapan vital pada sebuah bisnis atau usaha. Baik usaha jasa maupun produk barang. Agar pemasaran berhasil, branding produk yang baik menjadi prasyaratnya. Namun, agak lain dengan Dika Craft, usaha kerajinan Batok Kelapa di Mulo, Wonosari, Gunungkidul ini. Pemasaran yang mereka lakukan pada tahap awal bisa dibilang tak pernah benar-benar dilakukan. Akan tetapi, permintaan demi permintaan kian banyak.

“Awalnya kami tidak secara khusus memasarkan produk kerajinan Batok. Sebab, produk yang kami buat untuk kami pakai sendiri,” kata Joko Priyono pendiri Dika Craft saat ditemui di rumahnya belakangan ini.

Kediamannya selain dipakai untuk bernaung, juga dijadikan tempat untuk memproduksi aneka kerajinan. Ada bangunan khusus yang sederhana untuk menyelesaikan separuh proses pembuatan kerajinan. Mulai membuat bentuk hingga menghaluskan bagian dalam dan luar batok. Separuh proses sisanya hingga tahap akhir dilakukan di teras rumahnya.

Teras rumah juga dijadikan tempat showroom sampel produk yang bisa dilihat saat orang berkunjung. Ada celengan berbagai karakter hewan, seperti kura-kura, gajah, dan lain-lain. Ada juga lampu hias, vas bunga, asbak, tempat tisu, tempat dupa, tempat buah serta hiasan dinding.

Joko bercerita, produk yang paling awal dia bikin berupa set teko dan cangkir. Piranti minum teh itu dia pakai sendiri untuk berjualan wedang poci di Destinasi Lembah Ngingrong.

“Sekitar 2016 saat Ngingrong ramai. Teman-teman sesama pemilik lapak meminta dibuatkan juga untuk berjualan,” kenang Joko.

Teko – cangkir buatan Joko memang mengundang daya tarik. Seperti diketahui, Destinasi Geosite Ngingrong merupakan wahana wisata yang mengusung tema edukasi dan wisata berkelanjutan. Terselip spirit unsur natural atau alami serta khas lokal dalam pengelolaannya. Penyajian minuman teh dengan piranti teko dan cangkir batok Kelapa pun mendapatan atensi dari pengunjung.

Keunikan teko dan cangkir buatan Joko bukan hanya diminati sesama penjual di kawasan Lembah Ngingrong. Pengunjung pun tak sedikit yang lantas bertanya dan memesan teko – cangkir untuk dibawa pulang.

kerajinan batok kelapa
Contoh kerajinan batok kelapa buatan Dika Craft. (KH/ kandar)

Joko dibantu istrinya Nanik kian banyak membuat kerajinan. Ide baru lantas muncul. Produk yang dibuat tak sebatas Teko dan Cangkir. Produk-produk baru yang dihasilkan pun dilirik organisasi pemerintahan. Dika Craft lantas sering terlibat aneka pameran di berbagai tempat.

Nanik bersyukur. Produk kerajinan berbahan limbah justru dapat mendatangkan tambahan pemasukan yang lumayan bagi keluarganya.

“Sebetulnya batok kelapa itu limbah dari proses pembuatan aneka olahan kuliner yang kami jual di Ngingrog. Setelah kerajinan laris kami harus mencari tambahan batok lagi,” terang Nanik.

Ibu satu anak ini menuturkan, kerajianan yang dihasilkan lantas banyak dipesan oleh penjual kerajinan di wilayah Bantul. Semakin luasnya pemasaran produk Dika Craft tak lepas dari serangkaian pameran yang difasilitasi oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Harga produk yang dibuat cukup bervariasi. Volume bahan dan tingkat kerumitan menjadi pembedanya. 1 unit kerajinan Nanik jual mulai Rp15 hingga Rp500 ribu.

“Kami kirim produk ke barbagai kota. Pembeli ada yang dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan lain-lain. Pernah pula eksportir mengambil produk kami untuk dikirim ke luar negeri,” tukas Nanik. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar

Pos terkait