Banyak OTG Reaktif Rapid Test, IDI Gunungkidul: ‘New Normal’ Bisa Meledakkan Kasus Covid

oleh -468 Dilihat
oleh
Baksos IDI Gunungkidul dalam rangka peringatan Bakti Dokter Indonesia ke 112. (KH/ Kandar)

WONOSARI, (KH),– Pemerintah telah memberlakukan berbagai kebijakan dan mengimbau masyarakat melalui pembatasan baik sosial dan fisik untuk mencegah penularan Covid-19. Untuk itu mengenai keberhasilannya dikembalikan ke masyarakat. Demikian disampaikan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Gunungkidul, dr Diah Prasetyorini saat diminta berkomentar mengenai upaya pemerintah menekan penularan Covid-19 selama ini.

“Pemerintah sudah berupaya tetapi masyarakat sepertinya sudah bosan pada dua minggu awal ini, sehingga banyak yang kembali ke luar,” kata Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Gunungkidul ini, Rabu, (20/5/2020) disela bakti sosial penyerahan sembako dan masker di kompleks Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Wukirsari Baleharjo, Wonosari.

Selain di TPAS, sembako dan masker juga dibagi ke beberapa desa di beberapa kecamatan di Gunungkidul, seperti di Wonosari, Semanu dan Paliyan. Dari donasi anggota IDI Gunungkidul sembako yang terkumpul untuk dibagi berjumlah 200 paket. Adapun masker yang dibagikan mencapai 1.000 masker.

“Ini kepedulian kami dari IDI Gunungkidul untuk masyarakat bertetapan dengan peringatan Bakti Dokter Indonesia ke 112,” imbuh dr Diah.

Dalam kesempatan tersebut, pihaknya juga mengaku tak sependapat dengan ‘new normal’ khususnya bagi Gunungkidul. Pilihan untuk kembali bekerja atau beraktivitas seperti biasa di tengah pandemi dengan tetap mengikuti aturan sosial distancing maupun physical distancing serta segenap protokol pencegahan Covid-19 yang lain sangat berisiko bagi Gunungkidul.

“Di Gunungkidul banyak Orang Tanpa Gejala (OTG) yang reaktif tapid test. Jika new normal diterapkan kasusnya berisiko jebol atau naik signifikan,” kata dia. Sebagaimana diketahui, data Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Gunungkidul hingga Rabu, (20/5) terdapat 182 OTG dengan rapid test reaktif.

Untuk itu, menahan diri di rumah serta mengikuti berbagai ‘pembatasan’ menjadi upaya yang paling logis menekan kasus Covid-19 di Gunungkidul. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar