WONOSARI, (KH) — Shooting film Mars yang mengambil lokasi di Gunungkidul mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Perhatian juga tak luput dari sang penulis novel yakni Aishworo Ang.
Tidak pernah dikira sebelumnya, sosok penulis di balik Novel Mars merupakan warga asli Kabupaten Gunungkidul. Pria yang memiliki nama asli Kusworo ini spontan terkejut setelah membaca novel karyanya diadaptasi dan akan dirilis menjadi sebuah film.
Kusworo mengatakan, dirinya dikejutkan dengan pemberitaan yang muncul di media online Kabarhandayani.com pada Rabu pagi (8/162015) kemarin. Dia terkejut, sebab tanpa ada pemberitahuan dari pihak produser film maupun penerbit, novel yang dia tulis akan diadaptasi dan dijadikan sebuah film.
“Saya menerima SMS ucapan selamat dari beberapa teman tentang berita itu. Lha, saya bingung. Ini sebenarnya ada apa to? Setelah saya baca beritanya, saya syok. Kenapa ini bisa terjadi,” ungkap Kusworo kepada KH saat ditemui di rumahnya, Rabu Malam (8/1/2015).
Kusworo seperti tersambar petir setelah mengetahui kabar itu. Senang, kecewa, bahkan sedih menyelimuti perasaan dia saat itu. Kusworo tidak habis pikir, kenapa saat novel tersebut akan diangakat menjadi sebuah film, tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada dirinya.
“Novel berjudul Mars terbitan Diva Press tahun 2011 memang karya saya. Terus terang saya kecewa karena sebagai penulis tidak dipedulikan. Malahan proses syuting film ini juga dilaksanakan di Gunungkidul,” ucapnya.
Selain kecewa, perasaan bangga juga dirasakan oleh Kuswoyo. Sebab, tidak main-main, artis yang akan melakoni film tersebut merupakan artis papan atas nasional. Diantaranya Kinaryosih, Acha Septriasa, Jajang C Noor, Teuku Wisnu, dan artis papan atas lainnya. Ia mengaku senang, tetapi di sisi lain rasa kecewa, karena tidak ada konfirmasi lebih lanjut menyangkut karya yang dia buat.
“Mendengar kabar ini, saya ya senang, bangga campur nyesek. Saya kecewa, karena tidak ada pemberitahuan sama sekali. Dari penerbit pun juga tidak ada kabar. Saya kecewa karena seolah-olah kalau saya tidak dilibatkan. Sedangkan Gunungkidul hanya kebagian tempat saja.” Keluhnya.
Disinggung masalah sinopsis Novel Mars, Kusworo enggan menjelaskan panjang lebar. Dia hanya mengatakan Novel Mars menceritakan tentang perjuangan seorang ibu yang sangat lugu, bodoh, yang memperjuangkan pendidikan anaknya.
Dalam cerita novel tersebut digambarkan, ketika senja, ibu dan anak ini sering ke luar rumah. Meraka duduk bersama memandang bintang-bintang. Dari ribuan bintang yang dia lihat, ada satu bintang yang paling cerah berwarna kemerahan, dimana bintang tersebut adalah Planet Mars.
Tupon (nama tokoh ibu) tidak tahu kalau bintang tersebut adalah planet mars. Beliau hanya menyebutnya “lintang lantip” karena terkesan dengan cerita ibunya, sehingga Palupi (nama tokoh anak) selalu mangajak ibunya memandang bintang.
“Jika kamu mau ke sana, rajinlah belajar, sekolah yang rajin” perkataan Tupon tersebut terus diingat oleh Palupi. Pada akhirnya karena kegigihanya belajar dan sekolah yang rajin, Palupi bisa sampai ke mars. Palupi menjadi pakar fisikawan atau astronom bidang planet mars, dan menjadi sarjana terbaik di Oxford, London.
Kusworo mengaku, budaya yang berkembang di Gunungkidul banyak dituliskan dalam novel ini. Di antaranya upacara munggah molo, upacara gumbregan. Kemudian, ada juga fenomena pulung gantung yang menjadi cerita mistis yang berkembang di bumi Handayani.
Dia mengaku, lokasi yang menjadi latar dalam novel ini antara lain Kecamatan Semanu, Paliyan, Desa Planjan yang merupakan daerah asli Gunungkidul. “Berdasarkan tempat yang menjadi latar dalam novel tersebut, memang lokasinya adalah Gunungkidul, sehingga tidak bisa dikatakan mirip. Memang tempat yang dimaksud dalam novel tersebut adalah Gunungkidul,”ulasnya.
Kusworo berharap, dalam waktu dekat ada titik terang dalam proses pembuatan film ini. Dia mengaku kecewa karena sampai saat ini belum ada komunikasi apapun baik dari pihak penerbit, produser film kepada penulis. (Gemma/Tty)