Mie Ayam Bakso CJDW: Perjalanan dari Gerobak Kayu hingga ke Kedai yang Punya Banyak Pelanggan

oleh -5472 Dilihat
oleh
mie ayam
Peracik Mie Ayam Bakso CJDW sedang menyiapkan menu untuk pelanggan. (istimewa)

YOGYA, (KH),– Di tengah teriknya Yogyakarta, di sebuah sudut Kabupaten Sleman, terdapat sebuah warung kuliner yang cukup ramai, Mie Ayam Bakso CJDW. Tempat ini bukan sekadar warung biasa; ia adalah perwujudan perjuangan seorang pria bernama Gito. Dengan gigih ia mampu mengubah gerobak kayu menjadi salah satu warung atau kedai tempat makan yang banyak diminati.

Mie ayam ini tak hanya tentang cita rasa, tetapi juga tentang kisah luar biasa di baliknya. Gito, pemilik warung, bukanlah orang baru di dunia kuliner. Perjalanan menuju kesuksesannya dipenuhi dengan tantangan, kesabaran, dan bantuan dari berbagai pihak, diantaranya Dompet Dhuafa Yogyakarta.

Dahulu, Gito adalah seorang pedagang kaki lima dengan gerobak kayu sederhana. Namun, semangat dan keinginannya untuk maju membawanya ke tempat yang jauh lebih baik. Berkat bimbingan dari Dompet Dhuafa, ia belajar tentang kewirausahaan dan mendapat dukungan modal untuk mengembangkan usahanya.

“Mie Ayam Cakruk” adalah nama yang melekat pada gerobak kayu milik Gito. Namun, seiring berjalannya waktu, brand ini berkembang menjadi Mie Ayam Bakso CJDW. Keunikan resep mie dan bakso yang dibuat dengan sentuhan khas menjadi daya tarik utama para pelanggan.

Dibantu oleh program Warung BERES dari Dompet Dhuafa, Gito mulai merambah penjualan dengan menambah menu bakso dan minuman. Meski berkembang pesat, ia tak pernah melupakan prinsip kebersihan yang menjadi kunci utama dalam setiap langkah bisnisnya.

Dalam perjalanannya, Gito bertransformasi dari gerobak kayu menjadi sebuah outlet dengan produksi mie dan bakso hingga 20 kilogram setiap harinya.

“Jumlah pelanggan meningkat drastis, sebelumnya beberapa kilogram mie saja, kini menembus hingga ratusan porsi dalam sehari,” tutur Gito belum lama ini di kedinya.

Kesuksesan ini tak membuatnya berhenti untuk memberikan jaminan agar menu yang disajikan tetap spesial. Meskipun telah memiliki outlet dan beberapa karyawan, ia senantiasa berusaha menjaga kualitas dan kebersihan, serta menjalankan maintenance rutin untuk warungnya.

Gito, dengan rasa syukur dan bangga, selalu menampilkan logo Dompet Dhuafa di warungnya sebagai ungkapan terima kasih atas bantuan yang diterimanya. Pengalamannya di dunia mie ayam tidak hanya mencakup keahlian memasak, tetapi juga memberinya pandangan tentang pentingnya berbagi kebaikan kepada sesama.

Namun, di tengah keberhasilannya, Gito tetap menghormati batasan dirinya. Meski memiliki potensi untuk merambah penjualan daring, ia memilih untuk tetap fokus pada warung fisiknya serta harmonisasi dengan keluarga.

Mie Ayam Bakso CJDW bukan hanya warung biasa. Ia adalah simbol perjuangan, keuletan, dan keberhasilan seseorang yang tak kenal lelah untuk membawa cita rasa terbaik kepada pelanggannya. Dari gerobak kayu hingga warung yang ramai menjadi bukti keseriusan perjalanan usaha Gito.

Warung ini bukan sekadar tempat makan, tetapi juga cerminan dari kesungguhan, semangat, dan kebaikan hati yang dibagikan oleh banyak pihak, termasuk Dompet Dhuafa Yogyakarta. Semangat ini menjadi teladan bahwa dalam dunia bisnis, keberhasilan bukan hanya tentang penjualan, tetapi juga tentang menyebarkan kebaikan kepada orang lain.

Setiap porsi Mie Ayam Bakso CJDW bukan hanya menyajikan cita rasa yang lezat, tetapi juga cerita yang membangkitkan semangat untuk terus berjuang dan berkembang. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar