Perusahaan Tambang Banyak yang Enggan Lakukan Konservasi Bekas Lahan Tambang

oleh -2601 Dilihat
oleh
Penanggungjawab program konservasi LPPM UGK, Pat Madyana M.C.R.P. (Kandar/ KH)

GUNUNGKIDUL, (KH),— Bagian wilayah Kabupaten Gunungkidul yang tidak masuk dalam kriteria Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) diijinkan untuk ditambang. Penambangan utamanya batu kapur dengan skala besar berada di kawasan Kalurahan Bedoyo, Ponjong, Gunungkidul dan sekitarnya. Penambangan oleh perusahaan-perusahaan di wilayah itu di antaranya telah berjalan puluhan tahun.

Lahan eks tambang yang tak direhabilitasi dapat menimbulkan berbagai risiko. Di antaranya mengganggu kelangsungan siklus hidrologi. Guna menanggulanginya, Universitas Gunung Kidul (UGK) melakukan kegiatan konservasi eks tambang agar segenap dampak dan risiko dari aktivitas penambagan bisa ditekan.

Awal tahun 2021, melalui Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM), UGK menginisiasi kegiatan konservasi bekas tambang batuan karst khususnya di wilayah Bedoyo, Ponjong, Gunungkidul. Yang dilakukan yakni dengan melakukan penanaman pohon pohon bambu di kawasan bekas tambang milik PT Sugih Alam Anugroho.

Penanggungjawab Program Konservasi dari UGK, Drs. Pat Madyana, M.C.R.P., menyebut, ada 1000-an pohon yang ditanam. Berdasar peninjauan, hasilnya tak begitu menggembirakan. Sekilas ada 50-60 persen saja tanaman yang bertahan hidup.

“Kemungkinan karena faktor lahan penanaman berada di batuan kapur, kebetulan pas musim kemarau, sekaligus kurang pupuk,” kata Pat Madyana di sela meninjau tanaman bambu di kawasan bekas tambang belum lama ini.

Untuk itu, Pat Madyana menaganggap, perlu ada penyulamam alias penanaman ulang di lokasi yang sama. Sebagaimana periode penanaman sebelumnya, jenis tanaman bambu akan kembali dipilih saat penyulaman nanti.

Dia berencana akan meminta lagi perusahaan atau dinas terkait seperti Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Serayu Opak Progo agar memberikan dukungan melalui penyediaan bibit.

“Baik 1000 atau 2000 pohon lagi kami masih akan sanggup melakukan penanaman bersama mahasiswa dan melibatkan masyarakat yang bekerja di perusahaan tambang dalam hal perawatan,” tandas dia.

Rehabilitasi bekas kawasan tambang ia nilai cukup penting. Yang pertama demi mengembalikan fungsi tutupan lahan yang sebelumnya terdegradasi oleh aktivitas penambangan. Kedua, untuk melindungi jaringan sistem sungai bawah tanah yang ada di Gunungkidul.

Adapun alasan bambu dipilih karena memiliki daya tahan yang baik pada lahan kritis. Prinsipnya, jika rumput bisa tumbuh maka bambu pun mampu bertahan meski minim perawatan.

Pat Madyana mengungkapkan, areal kawasan bekas tambang yang masih perlu dilakukan konservasi masih cukup luas. Setidaknya ada sekitar 5 kali lipat dari yang telah ditanami. Sementara ini lahan yang telah dilakukan konservasi baru mencapai sekitar setengah hektar.

“Bahkan masih dibutuhkan sekitar 10 ribu pohon lagi,” imbuhnya.

Selama menggulirkan program, dia mengaku hanya sedikit sekali perusahaan tambang yang terbuka dan bersedia melakukan reklamasi eks tambang. Banyak perusahaan ditemui masih enggan karena reklamasi tambang menimbulkan konsekuensi biaya.

Padahal, akibat penambangan tanah terdegradasi, keberadaan lahan sebagai daerah tangkapan air hujan juga tak berfungsi optimal. Tak hanya iti, mutu air baku tanah sangat berkurang. Sebab, air sungai bawah tanah sangat tergantung conical corn atau bukit-bukit karst sebagai daerah tangkapan air hujan.

Dia menegaskan, alasan itu logis, sebab, sesuai peta germorfologi yang dimiliki Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) DIY, di sekitar kawasan tambang terdapat jalur sistem sungai bawah tanah yang airnya dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk kebutuhan masyarakat.

“Sebenarnya reklamasi tambang pasca kegiatan penambangan menjadi komitmen perusahaan sebagaimana ketentuan yang ada,” timpal dia.

Perwakilan PT Sugih Alam Anugroho, Eko Ariwibowo menyampaikan, perusahaannya selalu berkomitmen melakukan reklamasi bekas kawasan tambang. Selain dengan UGK pihaknya sebelumnya telah melakukan reklamasi pada lahan yang tak tak lagi ditambang.

“Kalau sebelumnya kami tanami Mahoni, Sengon, Akasia dan Jati. Sebagian besar sudah berhasil tumbuh bahkan berukuraan besar,” ungkap Bowo.

Baru dengan UGK-lah reklamasi dilakukan dengan menanam tanaman jenis bambu. Dalam kegiatan reklamasi tambang , setidaknya ada 20-an karyawan yang dilibatkan dalam hal perawatan tanaman konservasi. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar