Dr Ida: Jangan Malu Konsultasi Kesehatan Jiwa

oleh -22934 Dilihat
oleh

WONOSARI,(KH)— Pemahaman masyarakat Gunungkidul tentang kesehatan jiwa yang menyeluruh masih relatif minim. Perayaan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) yang jatuh setiap tanggal 10 Oktober, diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat tentang kesehatan jiwa.

Psikiater Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari, dr Ida Rochawati MSc, SpKJ mengatakan, gangguan jiwa masih banyak terjadi di Gunungkidul. Tragisnya, penderita gangguan jiwa yang tidak tertangani ini seringkali berujung pada tindakan bunuh diri. [Baca: Masyarakat Bisa Turut Cegah Tindakan Bunuh Diri]

Perayaan Hari Kesehatan Jiwa tahun 2014 mengambil tema  Living with Schizophrenia yang bermakna hidup bersama dengan mereka yang menderita skizofrenia (gangguan jiwa berat). “Tema ini diambil karena banyak penderita skizofrenia yang tidak mendapat pertolongan dan dukungan,” kata Ida, Kamis (9/10/2014). [ Simak di sini: Apa Itu Skizofrenia?]

Dikatakannya, kasus gangguan jiwa yang dijumpai di Gunungkidul cukup bervariasi. Mulai gangguan jiwa ringat hingga berat. Banyak penderita gangguan jiwa menganggap dirinya tidak berdaya, mendapat stigma buruk (dianggap aib) oleh masyarakat, sehingga malu untuk datang  ke dokter jiwa.

“Anggapan ini yang mesti diperangi terlebih dahulu. Tidak ada yang salah ketika seseorang mengalami gangguan emosi, pikiran dan tingkah laku. Justru dukungan keluarga sangat dibutuhkan,” papar Ida.

Ida menjelaskan, ciri-ciri orang yang mengalami gangguan jiwa ringan seringkali stres (tertekan), depresi atau mengalami suatu keadaan yang tidak bisa dijelaskan dengan logika. Gejala lainnya adalah kekacauan berpikir dan berprilaku yang berdampak pada kualitas hidup seseorang.
“Penderita ganguan jiwa sering kali mengeluhkan ke penyakit fisik, ketimbang mengeluhkan kesehatan jiwa. Akibatnya, mereka mendapatkan penanganan yang salah, sehingga pengobatan yang dilakukan menjadi sia-sia,” ungkap dia.

Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan jiwa, Dinas Kesehatan Gunungkidul bekerja sama dengan RSUD Wonosari terus berusaha mengembangkan Program Kesehatan Jiwa. Namun karena bukan program prioritas, sumber dana untuk program tersebut belum optimal.

Ida menekankan, masyarakat tidak perlu malu berkonsultasi tentang kesehatan jiwa. Masyarakat perlu menghilangkan stigma atau cap buruk bahwa gangguan jiwa itu merupakan aib keluarga. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah memberikan kemudahan, bahwa penderita gangguan jiwa dapat berobat gratis di Puskesmas dan Rumah Sakit.

“Gangguan jiwa, khususnya penderita depresi bisa berdampak fatal. Tak jarang, penderita mengakhiri beban yang dialami dengan cara bunuh diri. Kita berharap para penderita dan keluarga tidak malu melakukan konsultasi jiwa,” pungkasnya. (Juju/Jjw).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar