PLAYEN,(KH) — Warga Kecamatan Playen, Gunungkidul kembali menemukan tulang belulang dan senjata tajam yang diduga peninggalan manusia purba. Setelah sebelumnya ditemukan di Desa Ngawu, benda serupa kembali ditemukan warga di persawahan di Kepek, Banyusuco.
Benda ini ditemukan oleh sejumlah petani yang sedang menggarap lahan, tulang belulang yang berbentuk gigi dan kepala manusia tidak dalam keadaan utuh, melainkan sudah remuk kecil-kecil yang berubah karena pelapukan.
Salah satu saksi mata penemuan Watriatno mengatakan, benda tersebut ditemukan saat beberapa petani bekerja sama menggarap sawah pada Sabtu lalu (11/10). Karena merasa takut, tulang dan sebilah senjata tajam berkarat mirip kujang dipindahkan ke tempat lain dan dikubur.
Watriatno mengaku tidak tahu bahwa benda yang ditemukan tersebut sama seperti benda yang menghebohkan warga beberapa waktu lalu di Desa Ngawu. “Salah satu teman ada yang melaporkan penemuan kepada polisi dan tulang yang saya kubur kembali digali,” papar Watri sapaan akrabnya, Selasa (14/10/2014).
Dia menjelaskan, saat ditemukkan, tulang benulang dan senjata mirip kujang berada di dalam tanah dengan kedalaman selitar 25-30 cm. Saat itu warga yang menemukan, sedang mempersiapkan lahan untuk mengahadapi musim tanam.
“Saat kita temukan tulang sudah dalam keadaan hancur. Kita menduga akibat pelapukan, tetapi ada bagian tulang yang menyerupai gigi manusia,” jelasnya.
Sementara, pemilik lahan, Taryadi mengaku sebelumnya tidak pernah ada kehidupan di lahan tersebut. Dia sempat kaget karena salah satu benda yang mirip dengan kujang sama dengan yang ditemukan di Desa Ngawu beberapa minggu lalu.
“Setahu saya, di sini dari dulu sawah, tidak pernah ada kehidupan. Sebelumnya juga tidak pernah ada kasus pembunuhan juga di sekitar sini,”terangnya.
Untuk kepentingan penelitian, benda temuan tersebut selanjutnya dibawa ke Polsek Playen, sedangkan lokasi penemuan akan dipasangi garis polisi. Rencananya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta akan meneliti penemuan benda tersebut besok.
“Kita menunggu hasil penelitian dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta.” pungkas Taryadi. (Juju/Tty)