PLAYEN, (KH) – Hutan Wanagama yang terletak kurang lebih 15 kilometer di sebelah barat permukiman Wonosari – Playen ini berada tepat di pinggir sungai Oya. Berada di tengah kawasan hutan ini akan mendapatkan perpaduan pemandangan alam yang indah dengan keaneragaman hayati spesifik kawasan karst.
Hutan Wanagama pertama kali dirintis oleh Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada pada tahun 1964. Adalah Profesor Oemi Han’in Suseno yang menjadi inisiator yang bertekad dan berhasil mengubah kawasan yang semula kering tandus menjadi hamparan hutan yang menghijau. Hutan Wanagama secara administrasi terletak di Desa Banaran Kecamatan Playen. Hutan ini adalah hutan buatan yang dibangun untuk kepentingan pendidikan dan juga sebagai percontohan untuk mengembangkan hutan serbaguna.
Hutan Wanagama ini memiliki luas keseluruhan 600 ha dan dikelola oleh Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Mereka yang berkunjung dan para mahasiswa yang berminat meneliti dan mendalami masalah-masalah kehutanan akan memperoleh manfaat yang besar dari aneka vegetasi yang ada di hutan ini. Pada saat ini, si lokasi hutan ini juga tersedia area untuk berkemah dengan kapasitas 200 orang.
Kushindarto (51), petugas Hutan Wanagama kepada KH menjelaskan, pada saat ini ada 100 lebih jenih pohon yang ada di hutan Wanagama. Pada saat ini pula juga terdapat berbagai macam satwa hewan yang ada di dalam hutan, meliputi: rusa, kera, harimau, ular, burung, dan lain-lain. Selain itu, ia juga memaparkan ada juga 2 air terjun di hutan ini, yaitu Air terjun Sendang Ayu yang mempunyai ketinggian 8 meter dan Air terjun Banyunibo yang berketingggian 20 meter.
“Kunjungan yang ramai biasanya pada saat ada kunjungan dinas untuk keperluan diklat dan kunjungan untuk berkemah,” jelasnya.
Menikmati keindahan hutan ini dengan menyusuri sampai ke dalamnya pasti tidak akan menyangka jika sebelumnya hutan ini adalah daerah yang kering tandus akibat penebangan liar pada era terdahulu. Dari dari keprihatinan melihat kawasan yang tandus inilah Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada yang dipelopori oleh Profesor Oemi Han’in Suseno dan beberapa akademisi lainnya melakukan segenap upaya untuk menghijaukan kembali dengan mereboisasi dengan berbagai jenis bibit tanaman hutan.
Hutan Wanagama berawal dari menanami lahan seluas 10 hektar. Langkah ini kemudian menjadi perhatian oleh banyak pihak terutama pecinta alam pecinta lingkungan dan pemerintah, hingga akhirnya terjalin kerja sama untuk menghijaukan lahan kering tandus yang lebih luas lagi, dan akhirnya mencapai luasan 600 hektar seperti yang sekarang ini.
Menurut Kushindarto, ada keunikan tersenditi dari hutan Wanagama ini, yaitu pada saat Pangeran Charles berkunjung untuk studi penelitian dan melakukan penanaman pohon jati pada 5 November 1989 atau sekarang lebih dikenal dengan pohon Jati Londo (Jati Belanda).
Hutan Wanagama pada saat ini juga menjadi tempat bergantung sejumlah penduduk setempat. Pasalnya masyarakat sekitar dan pengelola hutan Wanagama melakukan kemitraan yang saling menguntungkan. Sebagian besar masyarakat sekitar pada umumnyamemelihara ternak sapi dan masyarakat diperbolehkan menanam rumput kalanjana di aeral hutan untuk makanan sapi. Sebagai timbal baliknya, hutan Wanagama mendapat pupuk dari kotoran ternak sapi warga untuk memupuki tanaman-tanaman di dalamnya.
Untuk mencapai lokasi hutan ini, pengunjung yang berminat dapat mengambil jalur jalan jurusan Yogyakarta-Wonosari.Patokan menuju lokasi hutan Wanagama adalah perempatan lampu merah Desa Gading dekat Polsek Playen, kalau dari arah Wonosari setelah sampai perempatan lampu merah tersebut belok ke kiri dan lurus terus lalu ikuti penunjuk jalan untuk sampai ke hutan wanagama. Sedangkan apabila dari arah Yogyakarta, di perempatan tersebut belok ke kanan dan ikuti penunjuk jalan yang ada.
Selama perjalanan menuju ke kawasan hutan, pengunjung akan dapat menjumpai situasi kawasan perdesaan dan diselingi berbagai macam jenis pepohonan dan udara yang sejuk. (Edo).