TEPUS, kabarhandayani.– Keberadaan 2 pompa air pada sumber mata air di Padukuhan Pulegundes 1, Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus seakan sia-sia karena tak begitu maksimal memberikan pelayanan terhadap kebutuhan warga. Warga sekitar sering menyebut sumber air di Pulegundes 1 dengan sebutan sumber air Krakal 2.
Hingga kini 2 Pompa air dengan kapasitas 6 dan 4 liter per detik ini hanya dipergunakan sebagai penyedia air pertanian yang luasnya tak seberapa, serta penyedia layanan air minum yang diambil dengan jerigen oleh warga.
Warsito, penjaga rumah pompa air yang setia mengurusi sejak 20 tahun silam menuturkan hingga tahun 2007 sumber air ini sering memberikan pelayanan pada truk tangki air yang kemudian didistribusikan pada warga. Namun sejak awal tahun 2008, sumber air ini seakan tersingkir dengan keberadaan beberapa sumber mata air yang dikelola secara pribadi oleh beberapa orang.
“Dulu memang truk-truk tangki sering mengambil di sini tapi hal itu hanya sampai akhir tahun 2007. Setelah itu sama sekali nggak ada tangki air yang ke sini karena mereka lebih memilih ke sumber air lain yang dikelola warga sini juga. Ada 4 sampai 7 sumber air di sini yang debitnya cukup besar,” jelas Warsito, Kamis (3/7/2014).
Ia menambahkan perawatan mesin pompa selama ini dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU). Namun terkadang untuk membeli bahan bakar saja ia harus menggunakan uang pribadi.
“Saya kurang jelas mesin ini sekarang di bawah kepemilikan siapa. Kalau masyarakat ya tahunya milik pemerintah. Tapi yang jelas selama ini perawatan mesin langsung dilakukan oleh PU bukan PDAM. Jadi kalau ada apa-apa saya langsung menghubungi PU,” katanya.
Beberapa sumber mata air lain di lokasi Padukuhan Pulegundes kesemuanya juga belum ada yang memiliki jaringan pipa ke rumah penduduk. Semua sumber air hanya dimanfaatkan untuk tangki air dan kebutuhan penyiraman tanaman di ladang.
“Kalau semua sumber air di daerah pantai ini dikelola dengan bijak, saya yakin warga sekitar sini tak akan kesulitan dan tidak akan merasakan begitu mahal mendapatkan air. Namun ya itu, kepada siapa lagi kami harus mengadu kami nggak tahu. Kalau memang mau ada perubahan tentang air ini harusnya sudah dari dulu karena sebenarnya solusi sudah ada tinggal pelaksanaannya saja yang nihil,” pungkas Warsito. (Maryanto/Hfs)