SEMANU, (KH),– Kesulitan dalam hal pemenuhan air masih dirasakan sebagian warga Gunungkidul. Selain membeli kepada penjual air swasta, masyarakat umumnya mengandalkan dropping air, baik dari pihak kecamatan di masing-masing wilayah juga dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Sebagaimana disampaikan Kepala BPBD Gunungkidul, Edy Basuki, hingga saat ini pihaknya telah menyalurkan sebanyak 880 tangki air menyebar di berbagai kecamatan di Gunungkidul. Jumlah alokasi yang dimiliki setidaknya sisa sekitar 1.300-an tangki air.
Sementara itu, pihak kecamatan yang wilayahnya mengalami kesulitan air juga melakukan dropping secara mandiri. Keseluruhan kecamatan di Gunungkidul memiliki alokasi sebanyak 4520 tangki air.
“Kesulitan air ada di 14 kecamatan. Selain dari BPBD dan kecamatan banyak juga donatur yang melakukan dropping air,” kata dia, Kamis, (1/8/2019).
Pihaknya mengaku bahwa keterlibatan donatur air baik dari lembaga maupun personal sangat membantu pemenuhan air bagi masyarakat yang kesulitan.
Sebagaimana dilakukan tokoh warga asal Nglipar yang berprofesi sebagai TNI, Mayor Sunaryanta. Ia turut tergerak membantu warga yang mengalami krisis air.
“Bantuan sebagai bentuk kepedulian meringankan beban saudara-saudara yang membutuhkan air,” kata dia dalam sebuah kesempatan belum lama ini.
Setidaknya, ada 600-an tangki air yang akan ia bagikan di berbagai wilayah yang membutuhkan. Adapun dropping air yang pertama darinya menyasar warga di Dusun Peyuyon, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul.
Pihaknya berpendapat, ke depan harus dipikirkan upaya mengatasi kesulitan air dengan penerapan teknologi. Termasuk membuat embung raksasa dan optimalisasi sumber air bawah tanah.
Kepala Dusun Peyuyon, Sri Muryati mewakili warga berterimakasih dengan adanya bantuan air. Dirinya menyebutkan, di wilayahnya memang telah terjangkau pipa PDAM, namun aliran air yang sampai di dusunnya jauh dari kata cukup.
Karena bantuan dari BPBD terbatas, warga biasanya harus mengeluarkan uang Rp. 130 ribu untuk beli air 1 tangki dari penjual swasta. Untuk menebus air, berbagai upaya dilakukan warga termasuk menjual hewan ternak seperti ayam dan kambing.
“Ada pula yang jual hasil panen untuk beli air,” terang Sri Muryati.