WONOSARI, (KH)— Menyambut musim penghujan, TK ABA Gari II, Wonosari mengisi kegiatan ekstra seni dengan berkebun. Kegiatan ini sudah berjalan sejak beberapa waktu yang lalu, sehingga saat ini sayuran sudah memasuki masa panen.
Penuturan Guru ekstra Seni, Septian Nurmansah, ide ini awalnya disampaikan di sekolah-sekolah di tempatnya mengajar, lantas mendapat tanggapan dan dukungan positif datang seperti halnya dari TK ABA Gari 2. Maka, dimulailah kegiatan bertema Proyek Seni Sekolah Hijau.
Keinginan Septian, melalui kegiatan yang dilakukan, bagaimana materi ajar (seni) itu bisa cair meski dengan cara yang berbeda, yakni pertanian atau berkebun. “Arahnya, bagaimana generasi sekarang sadar dengan potensi yang ada di lingkungannya,” ujar Septian, Selasa, (2/2/2016).
Kegiatan sederhana itu, lanjutnya, tidak merepotkan dan justru menyenangkan, menjadi pembelajaran baru bagi murid disamping pembelajaran formal di sekolah. Lebih dalam dijelaskan, titik berat program adalah bagaimana menumbuhkan kecintaan dan kepedulian anak terhadap lingkungan sekitar, sekaligus membangun identitas personal anak.
“Intinya membangun moment/ menanamkan kesan untuk dibawa ke masa depan mereka. Salah satu keprihatinan yang mendorong saya, kebanyakan generasi saat ini menganggap bahwa menanam/ bertani merupakan hal yang dihindari, tidak maju, tradisional atau kuno,” jelasnya.
Meski dimulai dari kegiatan kecil, ada harapan untuk impian yang besar, jangan sampai dalam cakupan yang lebih luas yaitu Negara, suatu saat nanti menjadi importir beras dengan semakin berkurangnya petani dan jumlah lahan yang beralih ke sektor industri, dan tren perumahan.
Pada dasarnya, tambah dia, meski dari hal kecil, namun telah memulai dari lini yang bisa dijangkau, peran seni dalam proses kegiatan kreatif ini adalah konsep pendidikan dengan inovasi yang tidak monoton, sehingga berdampak pada semangat pembelajaran.
“TK ABA Gari II sudah berjalan, kemudian dalam proses TK ABA Al Mujahidin lalu TK dan SD lainnya,” kata Septian lagi.
Terpisah, Murdilah selaku kepala sekolah menyebutkan, kegiatan tersebut sangatlah positif, anak dapat belajar bagaimana menanam biji melihat dan merawat proses pertumbuhan kemudian juga memanennya. “hasil panen sayur dibagi ke anak,” katanya singkat. (Kandar)