WONOSARI, (KH),– Terpenuhinya Air Susu Ibu (ASI) eksklusif (0-6 bulan) bagi bayi merupakan tanggung jawab banyak pihak. Tak sebatas tugas ibu dari si anak saja, demikian tegas disampaikan oleh Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat, Dinas Kesehatan Gunungkidul, dr Trianawati dalam kampanye keberhasilan ASI eksklusif di salah satu rumah makan di Wonosari, Gunungkidul, Jumat (17/12/2021).
Di hadapan puluhan ibu hamil dirinya menyampaikan edukasi mengenai pentingnya keberhasilan memberikan ASI pada anak usia 0 hingga 6 bulan. Edukasi yang digelar tersebut merupakan rangkaian peringatan pekan ASI sedunia.
“Keberhasilan pemberian ASI eksklusif tidak hanya tanggungjawab ibu, seorang suami dan anggota keluarga saja. Pemerintah termasuk dunia usaha juga harus mendukung,” terang Trianawati.
Pemerintah, lanjutnya, harus memberi dukungan diantaranya dengan penyediaan ruang ibu menyusui pada setiap fasilitas publik. Diantaranya juga melalui penerbitan Perda kawasan tapa rokok. Terhindarnya ibu hamil dari asap rokok akan menunjang kesehatan ibu dan bayi. Tak hanya itu saja, saat ini juga telah dibuat peraturan yang melarang warga merokok saat menjenguk bayi yang baru saja lahir.
Sementara itu, dunia usaha hendaknya juga mendukung dengan memberikan toleransi bagi ibu hamil dan menyusui. Misalnya, lingkungan kerja dilengkapi dengan ruang ibu menyusui, atau ibu memompa susu. Bagi ibu menyusui yang bekerja hendaknya diberi toleransi waktu untuk memompa ASI, termasuk mengantar ASI pulang jika memungkinkan.
Keluarga terdekat juga diminta memberi dukungan secara psikis. Sebab, apabila psikis ibu hamil atau ibu menyusui terganggu dapat menghambat produksi ASI. Jika produksi terganggu, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dilalukan satu jam setelah bayi lahir bisa tidak optimal. Salah satu penyebabnya karena ASI macet meski si ibu telah melahirkan.
IMD sangat dianjurkan, karena akan merangsang dan melatih bayi segera mengetahui sumber makanannya. Sehingga ke depan bayi terbiasa mandiri mencari puting susu ibu.
“ASI yang pertama keluar juga harus dikonsumsi bayi. Warnanya yang kekuningan karena kandungan kolostrum. Selain kolostrum, kandungan ASI 0-6 bulan masih sangat lengkap. Kolostrum mengandung zat anti bodi terbaik yang diberikan ibu ke anaknya. Kolostrum ibu sangat spesial, tidak ada satupum produk susu formula sebagai penggantinya,” papar Trianawati menjelaskan manfaat besar ASI eksklusif.
Selain dukungan banyak pihak, dalam mengupayakan keberhasilan pemberian ASI eksklusif, persiapan teknis bisa dilakukan sejak masa ibu hamil. Saat usia kehamilan 7 bulan, mulai muncul hormon prolaktin yang merangsang produksi ASI. Produksi ASI juga lebih optimal jika ada rangsangan dari luar, diantaranya nutrisi bagi ibu. Nutrisi yamg dikonsumsi ibu akan membuat kualitas ASI semakin baik.
Cara berikutnya, sambung Trianawati, dengan memberikan pijatan ke tubuh ibu hamil. Biasanya diberikan saat kunjungan kehamilan ke puskesmas, bidan atau klinik serta melalui ‘kelas ibu’.
Program kelas ibu juga disertai kegiatan senam ibu hamil agar kehamilan normal, edukasi merawat bayi, persiapan ASI serta persiapan program Keluarga Berencana (KB).
“Ibu harus siap dan sungguh-sungguh mengupayakan pemberian ASI eksklusif. Ibu tidak diperbolehkan mengikuti pandangan bahwa tanpa ASI ekslusif anak masih sehat dan tumbuh dengan baik,” imbau dia.
Diungkapkan, terpenuhinya ASI eksklusif sangat menunjang tumbuh kembang anak baik fisik dan kecerdasannya secara optimal. Tak hanya itu saja, ASI eksklusif juga menurunkan risiko stunting hingga kematian bayi. (Kandar)